Selasa, 19/12/2017 | 12:55
Oleh Arif Nurul Imam
Pengamat Politik POINT Indonesia
Pengamat Politik POINT Indonesia
PARTAI Golkar sedang menghadapi badai politik
akibat ketua umum (ketum) ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK terkait dugaan
korupsi e-KTP yang merugikan uang negara sebesar Rp2,3 triliun. Terlepas besar
kecilnya dampak dari kejadian ini, tapi yang jelas Golkar menuai kerugian
politik.
Di tengah menyambut tahun politik, partai
berlambang beringin ini, selain harus berjuang untuk memulihkan citranya, juga
dituntut melakukan langkah-langkah penyelamatan sebagaimana dilontarkan oleh
kader-kader Golkar.
Di tengah kondisi tren elektabilitas yang makin
menurun, langkah penyelamatan menjadi penting dan mendesak. Bukan saja terkait
untuk kembali memulihkan kepercayaan publik pada partai warisan Orde Baru ini,
tapi juga berfungsi untuk menjaga soliditas partai, terutama terkait perubahan
struktur kepengurusan.
Munaslub untuk Rekonsiliasi
Pasca rapat pleno yang memutuskan memilih Airlangga
Hartarto sebagai Ketum Golkar menjadi babak baru. Meski demikian, Munaslub
tetap digelar dan mengokohkan Airlangga Hartarto sebagai ketua umum.
Sosok Airlangga menjadi tokoh yang paling tepat di
tengah turbulensi politik di internal Golkar. Selain sebagai menteri di Kabinet
Kerja, ia juga bisa diterima di semua faksi Golkar. Dengan demikian,
kepemimpinannya akan efektif menjalankan roda organisasi di satu pihak dan di
pihak lain bisa komunikasi dengan pemerintah.
Namun demikian, masih ada pekerjaan rumah yang
harus diselesaikan, yaitu terkait siapa yang pantas mengganti Setnov sebagai
Ketua DPR. Ini menjadi penting, sebab ketua DPR selain merupakan jabatan
publik, juga akan menjadi wajah Golkar di Senayan.
Dengan kondisi semacam ini, Golkar harus jernih dan
objektif mengusung kadernya untuk duduk sebagai ketua DPR. Golkar harus
mengedepankan kader yang bukan saja kompeten, namun juga harus memiliki
integritas dan bisa menjalin komunikasi.
Pengganti Setnov di DPR
Sebagaimana banyak dilontarkan oleh para kadernya,
Golkar hari ini butuh upaya penyelamatan. Karena itu butuh nakhoda yang kapabel
selain tak memiliki kasus hukum. Selain ketum partai, juga harus dipikirkan
sosok pengganti Setyo Novanto sebagai ketua DPR. Sebab, bagaiamanapun ketua DPR
akan menjadi representasi Golkar karena berasal dari kader beringin.
Karena itu, soal pergantian ketua DPR harus
menimbang soal bukan hanya soal kepentingan politik praktis, melainkan juga
soal kapasitas, integritas, dan kecakapan politiknya. Ada banyak nama
yang potensial sebut saja, Azis Syamsudin, Agus Gumiwang, Bambang Soesatyo, dan
Rambe Kamarul Zaman.
Namun demikian, dari beberapa faktor di atas yang
paling penting ditimbang adalah bahwa sosok tersebut diterima di semua pihak.
Baik karena pengalamannya yang memang sudah sangat matang dan bertahun-tahun di
DPR, ia juga memiliki komunikasi yang santun dan jauh dari kesan manuver.
Untuk menentukan sosok yang tepat sepert ini,
Partai Golkar sebaiknya kembali mengamati para politisi yang terbilang senior
baik di Golkar maupun di Senayan, terukur dari sejak berapa lama dia DPR. Sebab
bagaimana pun sosok tersebut adalah orang yang dipercayai akan memegang pucuk
pimpinan di lembaga perwakilan rakyat tersebut.
0 komentar:
Post a Comment