Sunday, April 23, 2017

Anomali Biaya Kampanye Ahok Putaran Kedua


Jika kita lihat hasil perolehan suara paslon Ahok-Djarot pada putaran kedua terdapat sesuatu yang bisa dikatakan anomali. Dikatakan anomali karena, mereka mengeluarkan biaya kampanye sebesar 31,7 milyar, tapi justru perolehan suaranya merosot sebanyak 13.139 suara di banding putaran pertama.

Artinya, biaya kampanye sebesar itu hanya muspro, bahkan kontraproduktif karena justru mengurangi jumlah pendukung yang jika dikonversi per suara menguras biaya kisaran 2,4 juta rupiah.
Tujuan kampanye adalah untuk meraih dukungan, bukan mengempeskan dukungan. Seharusnya kampanye dengan logistik yang tak sedikit dapat menambah dukungan, bukan malah mengempeskan dukungan. Ada banyak kemungkinan yg menjadi penyebab misalnya, alokasi dana tidak tepat sasaran, mesin politik mandeg karena logistik bocor diperjalanan, dan atau terlalu mahal membayar para buzzer yang tak henti membangun framing politik serta secara bersamaaan melakukan delegitimasi lawan.
Ini jelas anomali yang menarik untuk dicermati, terutama para donatur yang telah mengucurkan dana, termasuk intelektual politik. Kenapa logistik cair tapi justru menggerus dukungan? Alih-alih mempertahankan perolehan suara putaran pertama, tapi justru malah mengurangi dukungan. Atau, jangan-jangan malah banyak tim sukses yang 'sukses' meski jagoannya keok.

Related Posts:

  •  Oleh: Arif Nurul Imam Reportase24.com -Jakarta- Faisal Basri adalah sosok tokoh Indonesia yang memiliki wajah beragam. Selain di kenal sebagai ekonom senior, ia juga di kenal publik sebagai aktivis, penulis da… Read More
  • GMNI dan Seolah-olah Berkuasa Foto : www.gmni.or.id Pada suatu kesempatan, sekitar setahun lalu, saya diajak salah satu pentolan GMNI Jan Prince Permata untuk mengikuti diskusi di sekretariat pusat GMNI. Tema yg diusung pun menarik, "Peran Media… Read More
  • The Yudhoyono Institute dan Prospek AHY di Panggung Politik Nasional  Arif Nurul Imam Kompas.com - 12/08/2017, 17:25 WIB  Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute Agus Harimurti Yudhoyono berpidato saat peluncuran The Yudhoyono Institute di Jakarta, Kami… Read More
  • Faisal Basri: Sosdem atau Neolib? Nov 17, 2014 Oleh: Arif Nurul Imam Stigma ideologi yang melekat di wajah ekonom Faisal Basri memang paradoks. Di satu kalangan, ia dinilai sebagai tokoh politik dan ekonom berhaluan sosial demokrasi (sosdem), tapi di… Read More
  • Pengkultus dan Pendukung Rasional Jokowi Jokowi, presiden RI ke-7 yang terpilih secara demokratis memang tidak semua pendukungnya bercorak rasional, melainkan kombinasi antara pendukung rasional dan pengkultus. Kombinasi inilah yang mampu menghantarkan di kursi… Read More

0 komentar:

Post a Comment