Saturday, November 8, 2014

Drs. Sutejo, Wakil Bupati Kulonprogo yang Sederhana


Di penghujung jabatannya sebagai wakil bupati, Pak Tejo, begitu orang akrap menyebut, masih saja  tidak merubah sifat sederhana. Sesungguhnya, ia merupakan birokrat murni yang menempuh karir dari paling bawah.

Sewaktu kuliah, lelaki kelahiran Nanggulan, Kulonprogo ini sudah menjadi pamong desa. Tak begitu lama, atas dukungan masyarakat akhirnya terpilih menjadi kepala desa. Selanjutnya, beliau menjadi PNS di Pemda Kulonprogo hingga menjabat posisi sebagai asisten sekretariat daerah hingga pensiun.


Rekam jejaknya yang bagus, merakyat, dan sederhana selama menjadi pejabat daerah rupanya membuahkan simpati dari publik. Ayah dua orang anak ini,  dianggap memiliki banyak pendukung, dan karena itu, digadang serta diperebutkan oleh beberapa parpol. Beberapa parpol berusaha mendekati, yang hingga akhirnya maju dari Partai Amanat Nasional(PAN) berkoalisi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan(PDIP) yang mengajukan dokter Hasto Wardoyo sebagai calon bupati.

Saya mengenal beliau sewaktu pas maju sebagai wakil bupati pada tahun 2011 yang berpasangan dengan dokter Hasto Wardoyo, bupati yang menjabat saat ini. Kala itu, saya kerja di Jakarta dan diminta pulang oleh saudaranya yang juga menjabat sebagai anggota DPRD Kulonprogo periode 2009-2014. Saya dijemput di Jakarta kemudian diminta membantu beliau dalam soal strategi pemenangan. Sekitar 3 bulan  tinggal di rumah beliau sampai hari pencoblosan.

Dari perjumpaan intens tersebutlah, saya berani menilai sebagai sosok sederhana. Meski pejabat daerah, bisa disebut tak ada kemewahan dalam gaya hidup keluarganya. Waktu maju wakil bupati, tak memiliki mobil pribadi sehingga mobil yang digunakan yang juga sering saya tumpangi merupakan mobil pinjaman. Benar-benar sederhana.

Saya pernah cerita tentang sosoknya pada senior yang juga seorang pengamat politik tersohor, hampir tak percaya bila sebagai sosok calon wakil bupati tak memiliki mobil pribadi. Ia maju bukan karena berlimpah materi, tapi karena prestasi dan modal sosial yang telah dibangun selama ini.

Meski tak intens lagi bertemu setelah pemilukada, jika pulang kampung selalu mencoba menggali informasi tentang kinerja dan sosok wakil bupati di hadapan warga Kulonprogo. Mayoritas masih menilai positif. Salah satu point penting adalah soal kejujuran. Ia pejabat yang anti suap, begitu salah satu birokrat yang pernah bercerita.


Saya masih berharap di penghujung jabatannya, ia tetap konsisten dengan sikap demikian. Semoga kepemimpinan beliau, bisa berkontribusi maksimal bagi kemajuan Kulonprogo.

Related Posts:

  • Anomali Biaya Kampanye Ahok Putaran Kedua Jika kita lihat hasil perolehan suara paslon Ahok-Djarot pada putaran kedua terdapat sesuatu yang bisa dikatakan anomali. Dikatakan anomali karena, mereka mengeluarkan biaya kampanye sebesar 31,7 milyar, tapi justru perole… Read More
  • Menjadi DPRD Cukup Tujuh juta Mungkin anda tidak akan percaya dengan judul ini. Apa benar menjadi anggota legislatif tingkat kabupaten cukup tujuh juta?. Hal ini wajar, karena saya cukup memahami sebagaimana kita tahu, pragmatisme politik seakan kian … Read More
  • Mewujudkan Pemilu Jurdil Mewujudkan Pemilu Jurdil Oleh : Arif Nurul Imam (Analis Politik dan Direktur IndoStrategi Research and Consulting) Pemilihan umum (Pemilu) merupakan mekanisme demokrasi untuk melakukan sirkulasi dan rotasi k… Read More
  • Faisal Basri: Sosdem atau Neolib? Nov 17, 2014 Oleh: Arif Nurul Imam Stigma ideologi yang melekat di wajah ekonom Faisal Basri memang paradoks. Di satu kalangan, ia dinilai sebagai tokoh politik dan ekonom berhaluan sosial demokrasi (sosdem), tapi di… Read More
  • Tiga Simpul Massa Aksi 411 Ada sejumlah dugaan mengapa aksi demontrasi 4 November 2016 kemarin mampu menggerakkan massa yang cukup besar. Kita paham memobilisasi massa, apalagi di Jakarta bukan perkara mudah. Dari pengamatan dan hasil wawancara s… Read More

0 komentar:

Post a Comment