Di penghujung jabatannya sebagai
wakil bupati, Pak Tejo, begitu orang akrap menyebut, masih saja tidak merubah sifat sederhana. Sesungguhnya,
ia merupakan birokrat murni yang menempuh karir dari paling bawah.
Sewaktu kuliah, lelaki kelahiran
Nanggulan, Kulonprogo ini sudah menjadi pamong desa. Tak begitu lama, atas
dukungan masyarakat akhirnya terpilih menjadi kepala desa. Selanjutnya, beliau
menjadi PNS di Pemda Kulonprogo hingga menjabat posisi sebagai asisten sekretariat
daerah hingga pensiun.
Rekam jejaknya yang bagus,
merakyat, dan sederhana selama menjadi pejabat daerah rupanya membuahkan
simpati dari publik. Ayah dua orang anak ini, dianggap memiliki banyak pendukung, dan karena
itu, digadang serta diperebutkan oleh beberapa parpol. Beberapa parpol berusaha
mendekati, yang hingga akhirnya maju dari Partai Amanat Nasional(PAN)
berkoalisi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan(PDIP) yang mengajukan
dokter Hasto Wardoyo sebagai calon bupati.
Saya mengenal beliau sewaktu pas
maju sebagai wakil bupati pada tahun 2011 yang berpasangan dengan dokter Hasto
Wardoyo, bupati yang menjabat saat ini. Kala itu, saya kerja di Jakarta dan
diminta pulang oleh saudaranya yang juga menjabat sebagai anggota DPRD Kulonprogo periode 2009-2014. Saya dijemput di Jakarta kemudian diminta membantu beliau dalam
soal strategi pemenangan. Sekitar 3 bulan tinggal di rumah beliau sampai
hari pencoblosan.
Dari perjumpaan intens tersebutlah,
saya berani menilai sebagai sosok sederhana. Meski pejabat daerah, bisa disebut
tak ada kemewahan dalam gaya hidup keluarganya. Waktu maju wakil bupati, tak memiliki mobil pribadi sehingga mobil
yang digunakan yang juga sering saya tumpangi merupakan mobil pinjaman. Benar-benar
sederhana.
Saya pernah cerita tentang
sosoknya pada senior yang juga seorang pengamat politik tersohor, hampir tak percaya bila
sebagai sosok calon wakil bupati tak memiliki mobil pribadi. Ia maju bukan
karena berlimpah materi, tapi karena prestasi dan modal sosial yang telah dibangun
selama ini.
Meski tak intens lagi bertemu
setelah pemilukada, jika pulang kampung selalu mencoba menggali informasi
tentang kinerja dan sosok wakil bupati di hadapan warga Kulonprogo. Mayoritas
masih menilai positif. Salah satu point penting adalah soal kejujuran. Ia
pejabat yang anti suap, begitu salah satu birokrat yang pernah bercerita.
Saya masih berharap di penghujung
jabatannya, ia tetap konsisten dengan sikap demikian. Semoga kepemimpinan
beliau, bisa berkontribusi maksimal bagi kemajuan Kulonprogo.
0 komentar:
Post a Comment