Fabian
Januarius Kuwado
Kompas.com
- 27/11/2017, 15:28 WIB
Presiden
Joko Widodo mengendarai sepeda motor trail saat kunjungan kerjanya ke Muara
Gembong, Bekasi, Rabu (1/11/2017)(Biro Pers Setpres)
JAKARTA,
KOMPAS.com -
Pengamat politik Point Indonesia, Arif Nurul Imam berpendapat, elektabilitas
Joko Widodo belum aman untuk memenangkan Pemilihan Presiden 2019.
Hal
tersebut berdasarkan survei Poltracking yang dirilis pada Minggu (26/11/2017)
kemarin, yang menyebutkan bahwa elektabilitas Jokowi 53,2 persen, sedangkan Prabowo 33
persen.
"Memang
unggul. Tapi Jokowi enggak boleh lengah. Posisi elektabilitas hari ini seperti
yang dirilis Poltracking, posisi Presiden Jokowi belum bisa dikatakan
aman," ujar Imam saat dihubungi Kompas.com, Senin (27/11/2017).
"Sebagai
petahana, elektabilitas 53 persen tentu masih sangat rawan. Karena untuk
memenangkan pilpres, harus memperoleh dukungan 50 persen plus plus," kata
dia.
Apalagi,
pilpres tinggal sekitar dua tahun lagi. Dengan sejumlah "serangan"
isu yang dimainkan pihak lawan, elektabilitas Jokowi berpotensi semakin
tergerus. Demikian pula dengan janji-janji yang belum sempat direalisasikan
pemerntahan Jokowi-JK.
"Apalagi
jika banyak janji kampanye yang tak terealisasi, pertumbuhan ekonomi stagnan
dan potensi akan munculnya tokoh baru yang bisa saja menyalip di last minute,"
ujar Imam.
Dia
melanjutkan, gencarnya pembangunan infrastruktur di penjuru Indonesia memang
jadi "jualan" Jokowi meraup suara. Namun, persoalannya pembangunan
yang begitu masif tersebut, lanjut Imam, tidak memberikan dampak langsung
kepada masyarakat.
"Secara
infrastruktur menonjol, tetapi pembangunan itu tidak langsung memberi manfaat
pada rakyat kecil, sehingga dampak elektoralnya kurang signifikan," ujar
Imam.
0 komentar:
Post a Comment