Ini adalah Blog Arif Nurul Imam
"Orang Boleh Pandai Setinggi Langit Tapi Selama ia Tidak Menulis Ia akan hilang didalam Masyarakat dan Sejarah. Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".
Ini adalah Blog Arif Nurul Imam
"Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".
Ini adalah Blog Arif Nurul Imam
"Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".
Ini adalah Blog Arif Nurul Imam
"Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".
Ini adalah Blog Arif Nurul Imam
"Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".
Wednesday, November 29, 2017
Elektabilitas 53 Persen, Posisi Jokowi Dinilai Belum Aman
Fabian
Januarius Kuwado
Kompas.com
- 27/11/2017, 15:28 WIB
Presiden
Joko Widodo mengendarai sepeda motor trail saat kunjungan kerjanya ke Muara
Gembong, Bekasi, Rabu (1/11/2017)(Biro Pers Setpres)
JAKARTA,
KOMPAS.com -
Pengamat politik Point Indonesia, Arif Nurul Imam berpendapat, elektabilitas
Joko Widodo belum aman untuk memenangkan Pemilihan Presiden 2019.
Hal
tersebut berdasarkan survei Poltracking yang dirilis pada Minggu (26/11/2017)
kemarin, yang menyebutkan bahwa elektabilitas Jokowi 53,2 persen, sedangkan Prabowo 33
persen.
"Memang
unggul. Tapi Jokowi enggak boleh lengah. Posisi elektabilitas hari ini seperti
yang dirilis Poltracking, posisi Presiden Jokowi belum bisa dikatakan
aman," ujar Imam saat dihubungi Kompas.com, Senin (27/11/2017).
"Sebagai
petahana, elektabilitas 53 persen tentu masih sangat rawan. Karena untuk
memenangkan pilpres, harus memperoleh dukungan 50 persen plus plus," kata
dia.
Apalagi,
pilpres tinggal sekitar dua tahun lagi. Dengan sejumlah "serangan"
isu yang dimainkan pihak lawan, elektabilitas Jokowi berpotensi semakin
tergerus. Demikian pula dengan janji-janji yang belum sempat direalisasikan
pemerntahan Jokowi-JK.
Pengamat: Genjot Elektabilitas, Golkar Harus Percepat Munaslub
Politik SENIN, 27 NOVEMBER 2017 , 17:31:00 WIB | LAPORAN:
YUSLIPAR
net
RMOLJabar. Pengamat Politik dari POINT
Indonesia, Arif Nurul Imam mengungkapkan, dinamika Partai Golkar paska Setnov
ditetap jadi tersangka oleh KPK memang makin menarik.
Hal ini terutama mengenai perdebatan apakah perlu digelar Munaslub untuk memilih struktur kepengurusan baru atau sekadar cukup dengan menunjuk Plt melalui rapat pleno.
"Golkar Harus Menggelar Munaslub untuk Penyelamatan Partai"
- Senin 27 November 2017, 14:53 WIBfoto: Illustrasi OkezoneJAKARTA - Pengamat politik POINT Indonesia, Arif Nurul Imam menilai Partai Golkar harus menggelar Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) untuk menyelamatkan partai berlambang pohon beringin itu."Untuk penyelamatan partai, ada baiknya Golkar menggelar Munaslub. Karena melalui munaslub akan terpilih struktur kepemimpinan yang memiliki legitimasi politik yang kuat," kata Arif dalam keterangannya, Senin (27/11/2017).Menurutnya, mengganti struktur kepengurusan, khususnya ketua umum, idealnya melalui forum musyawarah tertinggi, dalam hal ini munaslub. Ini karena, ketua umum merupakan sosok representasi partai yang harus memiliki dukungan kader.Selain itu, ketua umum dan kepengurusan baru, lanjut Arif, harus mampu menjawab tantangan Golkar hari ini, apalagi menjelang tahun politik Pilkada, Pileg dan Pilpres. Karena itu, ketum baru harus merupakan sosok yang bisa menyatukan kekuatan faksi-faksi di Golkar dan memiliki beban politik minimalis.“Di tengah trend elektabilitas Golkar yang makin menurun sebagaimana dilansir oleh beberapa survey, tak ada pilihan lain kecuali Munaslub segera dilaksanakan agar Golkar bisa terselamatkan,” pungkasnya.(wal)
Friday, November 17, 2017
Setnov Diburu KPK, Dukungan Golkar untuk Jokowi Terancam
Korupsi KTP Elektronik
Kamis, 16
November 2017 15:17 WIB
henry
lopulalan/stf
TOPPING
OFF GEDUNG BARU GOLKAR - Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto (kedua kanan)
menekan tombol bersama Sekjen Idrus Marham (tengah), Bendahara Umum Robert J.
Kardinal, Ketua Dewan Pembina Aburizal Bakrie (kedua kiri) dan Anggota Dewan
Kehormatan MS Hidayatt "Topping Off" gedung baru Partai Golkar di DPP
Partai Golkar di Jakarta, Minggu (12/11). Gedung baru Golkar bernama Gedung
Panca Bakti itu untuk menampung seluruh pengurus Partai Golkar baik organisasi
internal DPP maupun organisasi sayap Partai Golkar.
Warta Kota/henry
lopulalan
TRIBUNNEWS.COM,
JAKARTA -
Konstelasi politik dikabarkan akan berubah seiring penetapan Ketua Umum Golkar
Setyo Novanto sebagai tersangka untuk kedua kalinya oleh KPK. Tidak
saja di internal Golkar, namun juga ke konstelasi politik eksternal Golkar.
“Pasca-jadi
buronan KPK, geliat internal Golkar bakal dinamis. Faksi-faksi politik segera
mengkonsolidasikan diri dan membangun kekuatan untuk memperebutkan posisi ketum
Golkar,” ujar analis politik POINT Indonesia Arif Nurul Imam melalui pesan
singkat, Kamis (16/11/2017).
Wednesday, November 15, 2017
GMNI dan Seolah-olah Berkuasa
Foto : www.gmni.or.id
Pada suatu kesempatan, sekitar setahun lalu, saya diajak salah satu pentolan GMNI Jan Prince Permata untuk mengikuti diskusi di sekretariat pusat GMNI. Tema yg diusung pun menarik, "Peran Media dan Gerakan Mahasiswa".yang dihadiri para presidium dan ketua presidium.
Dalam forum diskusi tersebut saya melontarkan bahwa GMNI dalam posisi dilema. Dikatakan dilema karena secara simbolik kelompok merah hari ini sedang berkuasa, tapi secara representatif kader GMNI yang duduk di jabatan strategis hampir tidak ada, misalnya setingkat menteri. Toh jika ada, misalnya Kang Teten Masduki bukan representasi GMNI, melainkan NGO.
Sementara itu, karena secara simbolik ideologi sama, pergerakan GMNI menjadi tidak luwes, bahkan kaku karena dianggap publik sebagai bagian gerbong kekuasaan. Dampaknya, GMNI kerap gagap, untuk tidak mengatakan dilema dalam merespon isu dan kebijakan publik yang acapkali bertentangan dengan kepentingan publik.
Meski bukan parpol, sebagaimana diketahui, representasi semacam ini kerap dijadikan acuan dalam menentukan jabatan-jabatan politis. Karenanya, posisi GMNI hari ini memang dilema, karena seolah-olah ikut bagian gerbong kekuasaan, tapi dalam kenyataannya justru tak ikut kecipratan kue kekuasaan. Disisi lain sebagai gerakan mahasiswa, mereka di tuntut menjadi agen of change sekaligus menjadi kekuatan kontrol bagi rezim yang berkuasa.
Kongres XX kali ini yang dibuka oleh Presiden Jokowi, saya kira penting membicarakan reposisioning ini, agar GMNI makin progresif dan jaya. Dan satu lagi, misalnya mempertegas sikap dan komitmennya dalam memperjuangkan para marhaen, seperti terkait penolakan warga Kendeng menolak pabrik semen. Menjadi Pejuang-Pemikir, Pemikir-Pejuang yang membumi. Selamat Berkongres GMNI.
Sunday, November 5, 2017
Menyoal Nama Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA)
Foto : bandara.id
Oleh: Arif Nurul Imam(Pemerhati Sosial Politik dan Pegiat Sanggar Maos Tradisi(SMT) Yogyakarta)
Bandara baru New Yogyakarta International Airport(NYIA) yang akan
menggantikan bandara Adi Sutjipto Yogyakarta saat ini dalam proses
pembangunan. Bandara yang diperkirakan akan beroperasional pada 2020
ini, terletak di ujung Barat Kota Yogyakarta, tepatnya di Kecamatan
Temon, Kabupaten Kulonprogo.
Secara umum, penulis sepakat dengan rencana pembangunan bandara
bertaraf internasional tersebut, selain karena bandara Adisucipto sudah
cukup padat, namun juga diharapkan bakal memberi dampak ganda terhadap
perekonomian DIY, khususnya warga sekitar bandara.
Kering Makna dan Spirit
Namun demikian, ada yang mengganjal dalam benak penulis, yaitu soal pilihan nama yang kurang relevan dan terkesan hanya untuk gagah-gagahan.
Hal tersebut karena nama NYIA tidak mencerminkan identitas dan spirit
kearifan lokal provinsi DIY. Pendek kata, nama tersebut tak ada kesan
“istimewa” sebagaimana Yogyakarta yang dikenal istimewa.
Pilihan nama dengan bahasa internasional, tepatnya bahasa inggris,
hanya mengesankan bahwa bandara baru ini bertaraf internasional yang
terletak di Yogyakarta. Namun secara makna dan spirit terasa kering
makna dan tak memiliki nilai spirit.
Jika kita menoleh nama bandara di berbagai kota di Indonesia, pilihan
nama sebagian besar merupakan nama pahlawan yang berjasa terhadap
republik ini atau mencerminkan kekayaan local wisdom. Misal
saja, bandara Soekarno-Hatta di Tangerang, bandara Juanda di Surabaya,
bandara Minangkabau International Airport di Padang, dll.
Saturday, November 4, 2017
Survei: elektabilitas Dedi Mulyadi mengalami peningkatan
Jumat, 3
November 2017 21:28 WIB | 1.961 Views
Pewarta:
M. Ali Khumaini
Bupati
Purwakarta Dedi Mulyadi (Foto Humas Pemkab Purwakarta)
Kader Golkar menjadi semakin
solid mendukung Dedi Mulyadi setelah rekomendasi diumumkan. Dampaknya bagus
untuk Dedi. Tetapi negatif bagi Golkar."
Purwakarta
(ANTARA News) - Survei Indo Barometer menyatakan elektabilitas Bupati
Purwakarta Dedi Mulyadi mengalami peningkatan ke angka 20 persen, menyalip
elektabilitas Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar yang menurun ke angka 16
persen.
Golkar Dukung Ridwan Kamil, Dedi Mulyadi Malah Dapat Untung
Reporter:
Antara
Editor:
Ninis
Chairunnisa
Sabtu, 4
November 2017 12:24 WIB
Ketua
Dewan Pengurus Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi saat menjawab pertanyaan
wartawan di restoran Riung Sunda, Cikini, di Jakarta, Senin, 18 Oktober 2017.
Tempo/Syafiul Hadi
TEMPO.CO,
Purwakarta - Survei
Indo Barometer menyatakan elektabilitas Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi dalam pemilihan
Gubernur Jawa Barat 2018 mengalami peningkatan ke angka 20 persen.
Perolehannya menyalip elektabilitas Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, yang
menurun ke angka 16 persen.
Peluang Dedi Masih Besar Meski Tidak Didukung Golkar
Nusantara
JUM'AT, 03 NOVEMBER 2017 , 00:24:00 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
SHARES
| # |
RMOL. Kendati Partai Golkar tidak memberi dukungan kepad
Dedi Mulyadi, namun peluang Ketua DPD Golkar Jawa Barat itu untuk melaju
dalam Pilkada 2018 tetap besar.
Menurut Arif, Dedi memang kader militan partai, tapi loyalitasnya kemungkinan akan berpijak pada aspirasi publik.
Pengamat: Elektabilitas Dedi Mulyadi Salip Deddy Mizwar Buktikan Pemilih Jabar Masih Cair
Kontributor Tasikmalaya, Irwan Nugraha
Ketua DPD Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi saat menghadiri safari budaya di Kota Bandung, Sabtu (27/10/2017).(Kompas.com/ Irwan Nugraha)
PURWAKARTA, KOMPAS.com - Analis
Politik POINT Indonesia, Arif Nurul Imam menyoroti adanya fenomena baru
dalam hasil survei terbaru yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indo
Barometer yang dirilis pada Jumat (3/11/2017).
Yakni meningkatnya elektabilitas Dedi Mulyadi sampai 20 persen di bawah Ridwan Kamil 46 persen. Elektabilitas
bupati Purwakarta itu menyalip Deddy Mizwar yang menurun di angka 16
persen. Padahal, beberapa hasil survei sebelumnya, posisi Dedi Mulyadi
selalu di urutan ketiga di bawah Deddy Mizwar.
Tak Didukung Golkar, Peluang Dedi Mulyadi di Pilkada Jabar Dinilai Tetap Besar
Kompas.com - 03/11/2017, 06:54 WIB
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi saat sesi foto di kantor redaksi
Kompas.com, Palmerah, Jakarta, Selasa (24/10/2017). Dedi Mulyadi
digadang-gadang menjadi salah satu kandidat calon gubernur dalam
pemilihan kepala daerah Jawa Barat 2018. (KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI)
JAKARTA, KOMPAS.com - Analis Politik POINT Indonesia Arif Nurul Imam menilai, Ketua DPD Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi masih tetap memiliki peluang besar untuk maju ke Pilkada Jawa Barat 2018 meski tidak didukung Golkar.
Dedi, menurut Arif, kemungkinan bisa pindah ke partai lain untuk maju
ke Pilkada Jabar meski bupati Purwakarta itu termasuk kader militan
Golkar.
Thursday, November 2, 2017
Meski Tak Didukung Golkar, Peluang Dedi Mulyadi Maju Pilgub Jabar Tetap Kuat
Tim
Okezone, Jurnalis · Kamis 02 November 2017, 22:18 WIB
Dedi Mulyadi (Foto: Okezone)
JAKARTA -
Kendati Partai Golkar tidak memberikan dukungan politiknya kepada Ketua DPD
Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi, peluang untuk tetap melaju dalam pemilihan
gubernur (Pilgub) Jawa Barat 2018 tetap besar. Untuk diketahui, Sekretaris
Jenderal Partai Golkar Idrus Marham pernah menyatakan bahwa Dedi Mulyadi
merupakan kader militan partai dan tak mungkin pindah ke partai lain boleh jadi
itu benar.
Analis Politik POINT Indonesia, Arif Nurul Imam
menyatakan, melihat dinamika politik yang berkembang di masyarakat, sepertinya
kehendak masyarakat Jawa Barat yang menginginkan Dedi maju menjadi pemimpin
Jabar tak bisa dibendung. Ia memprediksi bukan tidak mungkin nantinya Bupati
Purwakarta itu akan maju diusung oleh partai selain Golkar.