Ini adalah Blog Arif Nurul Imam

"Orang Boleh Pandai Setinggi Langit Tapi Selama ia Tidak Menulis Ia akan hilang didalam Masyarakat dan Sejarah. Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".

Ini adalah Blog Arif Nurul Imam

"Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".

Ini adalah Blog Arif Nurul Imam

"Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".

Ini adalah Blog Arif Nurul Imam

"Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".

Ini adalah Blog Arif Nurul Imam

"Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".

Thursday, February 27, 2020

Milenial Maju Pilkada, Pengamat: Jangan Cuma Muda, Tapi Miskin Gagasan


Milenial Maju Pilkada, Pengamat: Jangan Cuma Muda, Tapi Miskin Gagasan

Perlu bekal khusus.

Kamis, 27 Februari 2020 15:13 WIB


·          

INDOZONE.ID - Pengamat Politik dan Direktur Eksekutif Indostrategi, Arif Nurul Imam menyatakan calon kepala daerah milenial di Pilkada 2020 memiliki potensi besar untuk unggul lantaran jumlah pemilih dari kalangan milenial juga berlimpah jumlahnya.

Namun, bukan sekadar mengandalkan sisi milenialnya, para calon kepala daerah ini perlu memiliki bekal khusus yang berbeda dari calon kepala daerah yang berusia matang.

"Bekal yang diperlukan calon kepala daerah milenial, tentu saja tak boleh sekadar muda, melainkan harus memiliki gagasan, program kerja nyata, memperluas basis sosial politik dan meningkatkan skill politiknya sekaligus mampu menjawab persoalan masyarakat. Tak boleh sekadar milenial, tapi miskin gagasan dan minim basis sosial," ucapnya saat dihubungi Indozone, Kamis, (27/2/2020).

Dia juga mengatakan para calon kepala daerah milenial harus memiliki program dan gagasan yang menarik. Termasuk hal-hal lokal di daerah mereka.

"Terkait program milenial yang menarik dalam Pilkada 2020 tentu tiap daerah memiliki 'kelokalan' masing-masing, hanya ada sifat milenial yang menjadi gejala umum seperti melek informasi, independen, tak mau dikooptasi, suka hal dan pengalaman baru bisa menjadi basis menyusun program kampanye di kontekskan dengan kelokalan masing-masing," ujarnya.

Menurutnya, kalangan milenial merupakan kategori pemilih yang berjumlah besar sehingga secara elektoral menjadi menarik dan diperebutkan para politisi. 

"Pilkada 2020 misalnya, bisa menjadi salah satu uji coba politik para milenial yang terjun di perhelatan Pilkada tentu akan berdampak di Pemilu 2024. Jika sukses di pilkada 2020 ini akan direplikasi di Pemilu 2024, baik strategi maupun narasi politiknya," ungkapnya.


Wednesday, February 26, 2020

Elektabilitas Jauh Di Bawah Anies, AHY Harus Kerja Keras Lagi


Elektabilitas Jauh Di Bawah Anies, AHY Harus Kerja Keras Lagi
POLITIK  RABU, 26 FEBRUARI 2020 , 13:05:00 WIB | LAPORAN: RMOL NETWORK





Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono mesti melakukan kerja-kerja politik lebih keras lagi untuk menaikan elektabilitas.

Sebab, elektabilitas AHY masih jauh tertinggal dari Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan.


Demikian disampaikan pengamat politik dari IndoStrategi, Arif Nurul Imam, saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (26/2).

"AHY tentu lebih berat ketimbang Anies Baswedan, dia harus kerja keras lagi dalam kerja politik," kata Arif Nurul Imam.

Kendati begitu, menurutnya, Anies Baswedan dan AHY sama-sama berpotensi maju pada Pilpres 2024. Meski sejauh ini elektabilitas Anies lebih unggul ketimbang AHY.

"Artinya tokoh muda seperti Anies Baswedan potensi maju dalam Pilpres 2024 karena memiliki modal elektabilitas," tutup Arif Nurul Imam.

Survei terbaru Indo Barometer: Prabowo Subianto (22.5 persen), Anies Baswedan (14.3 persen), Sandiaga Salahuddin Uno (8.1 persen), Ganjar Pranowo (7,7, persen), Tri Rismaharini (6,8 persen), Agus Harimurti Yudhoyono (5,7 persen), Khofifah Indar Parawansa (3,3 persen), Ridwan Kamil (2,6 persen), Erick Thohir (2,5 persen), Mahfud MD (1,6 persen), dan Puan Maharani (1 persen).

Adapun hasil survei Median: Prabowo Subianto (18,8 persen), Anies Baswedan (15,8 persen), Sandiaga Uno (9,6 persen), Agus Harimurti Yudhoyono (8,3 persen), Ridwan Kamil (5,7 persen), Ganjar Pranowo (5,5 persen), Khofifah Indar Parawansa (5,4 persen), Tri Rismaharini (3,3 persen), Mahfud MD (3,3 persen), dan Gatot Nurmantyo (1,6 persen).[dod]

http://www.rmoljakarta.com/read/2020/02/26/61914/Elektabilitas-Jauh-Di-Bawah-Anies,-AHY-Harus-Kerja-Keras-Lagi-

Kerja Stafsus Milenial Tak Kelihatan, Pengamat: Power Politik Rendah Mereka Tidak Punya Power


Rabu, 26 Februari 2020 17:43 WIB


·          
·          
·          
·          
INDOZONE.ID - Lebih dari 100 hari Presiden Joko Widodo bekerja di periode keduanya, begitupun utusannya dari kalangan millenial yang menjabat sebagai staf khusus (stafsus). Ada 7 muda mudi yang berkompeten dan diakui berintelegensi tinggi. Namun sampai hari ini belum nampak kinerjanya di mata masyarakat.
Bukan hanya kerja stafsus milenial, produk kebijakan Jokowi yang pro terhadap anak muda pun belum terlihat. Pengamat politik dari IndoStrategi, Arif Nurul Imam menilai Stafsus Presiden milenial memang sejauh ini belum menunjukkan peran dan kinerjanya. 
"Harapan akan muncul inovasi dan terobosan saya kira belum ada yang bisa dirasakan oleh publik. Tapi memang secara politik, stafsus milenial tak memiliki power politik untuk mendesakkan gagasan dan ide inovasinya," ucapnya saat dihubungi Indozone, Rabu (26/2/2020).
Menurutnya, stafsus millenial harus bertarung dengan kekuatan oligarki di lingkaran presiden.
"Selain memang ada arah sekadar lips service agar presiden nampak mengakomodasi kelompok milenial yang notabenya memiliki pemilih besar," tegasnya.
Ariep juga mengatakan bukan hanya power politik yang lemah, namun tugas pokok stafsus millenial juga hanya sekedar memberi masukan kepada presiden dan dinilai tak kuat untuk memengaruhi kebijakan pemerintah.
"Paling banter memberi masukan ide dan konsep, selebihnya tak bisa berperan banyak karena memang bukan tugasnya melakukan eksekusi," tegasnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi merekrut tujuh staf khusus (stafsus) millenial, semua usianya berada di bawah 40 tahun. Para stafsus milenial itu adalah pendiri Ruang Guru Adamas Belva Syah Devara (29), CEO dan Founder Creativepreneur Putri Indahsari Tanjung (23), CEO Amarta Andi Taufan Garuda Putra (32), Perumus Pergerakan Sabang Merauke Ayu Kartika Dewi (36).
Selain itu ada pula pemuda asal Papua Gracia Billy Mambrasar (31), Pendiri Thisable Enterprise Angkie Yudistia (32), dan mantan Ketua Umum PMII Aminuddin Ma'ruf (33). Posisi tujuh anak muda ini menggeser beberapa 'golongan tua' yang sebelumnya mengisi kursi staf khusus.

Editorial Team

Show All

  

Friday, February 21, 2020

Tingkat Popularitas Jadi Penentu Wagub Terpilih

Tingkat Popularitas Jadi Penentu Wagub Terpilih
Dua fraksi dukung Riza, sedangkan PKS klaim raih dukungan dari Partai Demokrat.
Jumat , 21 Feb 2020, 07:37 WIB



ROL/Havid Al Vizki
Anies Baswedan
Rep: Amri Amrullah Red: Bilal Ramadhan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah Tata tertib (Tatib) pemilihan wakil gubernur (wagub) DKI Jakarta disahkan pada sidang Paripurna di DPRD DKI, Jakarta, Rabu (19/2) kemarin. Kini publik akan mulai berhitung, mana di antara dua calon wagub, Ahmad Riza Patria dan Nurmansjah Lubis yang memiliki kans keterpilihan lebih besar untuk mendampingi Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan.

Pengamat politik dan Direktur IndoStrategi, Arif Nurul Iman, mengatakan, dua cawagub memiliki peluang masing-masing untuk terpilih. Namun, menurut dia, ada faktor lain yang akan menentukan pilihan dari 106 Anggota DPRD DKi Jakarta yang memiliki hak suara. Di antaranya, kata dia, popularitas dan pergaulan politik calon.

Pengamat politik dan Direktur IndoStrategi, Arif Nurul Iman, mengatakan, dua cawagub memiliki peluang masing-masing untuk terpilih. Namun, menurut dia, ada faktor lain yang akan menentukan pilihan dari 106 Anggota DPRD DKi Jakarta yang memiliki hak suara. Di antaranya, kata dia, popularitas dan 
pergaulan politik calon.
Menurut Arif, peluang Ariza, sapaan akrab cawagub dari Gerindra itu, cenderung lebih besar dari pada Nurmansjah yang diusulkan PKS. "Peluang Ariza lebih besar daripada Nurmansjah yang dari PKS," kata Arif kepada wartawan, Kamis (20/2).
Sebab, menurut dia, Ariza memiliki kelebihan, yakni kepopuleran dirinya yang sudah sejak 2014 sebagai Anggota DPR RI. Selain itu, Arif menilai, karena Ariza berasal dari Partai Gerindra sehingga lebih mudah mendapatkan dukungan anggota DPRD dari parpol pendukung pemerintah Jokowi saat ini. Bahkan, sambung Arif, Ariza juga seorang aktivis yang dikenal malang melintang di HMI, Kahmi, dan KNPI.
"Karena itu, faktor popularitas dan pergaulan politik Ariza lebih tinggi ketimbang Nurmansjah. Ia merupakan politisi nasional anggota DPR RI dan termasuk politisi yang jadi media daring dalam merespons aneka peristiwa politik," ujar dia. Keuntungan ini, yang dinilai memudahkan Ariza, khususnya di jaringan sesama aktivis politik dengan melakukan lobi-lobi politik.
Sementara itu, sosok Nurmansjah, jelas dia, merupakan politisi muda unggulan PKS. Nurmansjah atau kini akrab disapa Ancah, sejak awal karier politiknya sudah aktif menjadi kader PKS secara berjenjang di Jakarta.
Ancah juga sudah dikenal di DPRD DKI karena ia pernah sembilan tahun sebagai Anggota DPRD DKI dari PKS sejak 2004-2013. "Sebenarnya Bang Ancah ini juga sudah dikenal lama di DPRD, jadi bisa jadi dukungan ke dia juga banyak," kata Arif.
Walaupun untuk Anggota DPRD DKI Jakarta pada periode 2019-2024 kali ini banyak wajah baru, yang bisa jadi belum mengenal sosok Ancah. Karena itu, Arif menekankan, peran sosialisasi dan lobi-lobi partai pengusung sangat menentukan, selain dari kepopuleran cawagubnya itu sendiri. Termasuk juga kapasitas calon saat nanti uji kelayakan. Dia melihat Gerindra dan PKS sudah melakukan safari politik tersebut.
"Masih ada peluang dan kans dua calon ini meraih suara dari 106 Anggota DPRD. Dan, yang juga menentukan nanti saat uji kelayakan di sidang Paripurna saat pemilihan," ujar dia.
Sejumlah fraksi seperti Golkar dan PAN sudah mengindikasikan dukungan ke salah satu cawagub, yakni Ariza Patria dari Gerindra. Fraksi Partai Golkar DKI Jakarta secara tegas sudah menentukan pilihan ke Ariza Patria melalui pernyataan Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD DKI Jakarta, Basri Baco.
"Kalau Golkar, DKI sudah putuskan mendukung Ahmad Riza Patria," kata Basri Baco.
Anggota DPRD DKI yang juga Sekretaris Fraksi Golkar ini menyebut, keputusan Golkar DKI ke Ariza merupakan instruksi DPP Partai Golkar. "Jadi, ini perintah pimpinan pusat," ujar dia.
Selain Golkar, Politisi PAN DKI Lukmanul Hakim juga menyebut dukungannya ke Ariza. "Pak Riza komunikasinya jalan. Kami tentu memilih yang terbaik, arahnya ke Gerindra enggak jauh dari situlah," kata Lukman.
Walaupun dukungan ini masih sebatas personal, Lukman yang juga Ketua Fraksi PAN di DPRD DKI yakin Anggota Fraksinya memiliki pandangan yang sama soal pilihan dukungan Cawagub DKI saat pemilihan nanti.
Sementara itu, Ketua Fraksi PKS DPRD DKI Mohammad Arifin meyakini komunikasi dengan beberapa Fraksi sudah sangat erat untuk memberikan dukungan ke Nurmansjah. Di antaranya ia meyakini Fraksi Demokrat memberi sinyal positif dukungan ke Nurmansjah.
"Sinyal (Demokrat) bagus untuk bang Ancah agar beliau bisa terpilih menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta," ujar Arifin.
Sejauh ini, DPRD DKI Jakarta telah memegang dua nama kandidiat cawagub DKI Jakarta, masing-masing Ahmad Riza Patria dari Partai Gerindra dan Nurmansjah Lubis dari PKS. Kedua nama itu telah disetujui Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan dengan surat rekomendasi pemilihan yang telah dikirimkan ke DPRD DKI Jakarta pada akhir Januari 2020.

Lima Politikus Muda Ini Diprediksi Bersinar di 2024


Sindo, Jum'at, 21 Februari 2020



JAKARTA - Pengamat Politik dan Direktur IndoStrategi Arif Nurul Imam memprediksi ada lima politikus muda yang potensial bersinar di tahun 2024 mendatang. Mereka adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Ketua DPR Puan Maharani, dan Putra Sulung Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

"Untuk bisa prediksi siapa politikus muda yang bersinar di 2024 setidaknya ada beberapa hal yang akan berpengaruh yaitu rekam jejak, dan kecakapan politik," ujar Arif Nurul Imam kepada SINDOnews, Jumat (21/2/2020).

Dia mengatakan, rekam jejak dan kecakapan politik akan berpengaruh terhadap popularitas dan elektabilitas. "Misalnya perihal rekam jejak sukses story dan kecakapan politik seperti pandai memanfaatkan momentum politik untuk menaikkan daya tawar politiknya," katanya.

Selain itu, kata dia, dukungan partai politik (Parpol) juga menjadi variabel penting. Karena, lanjut dia, tanpa dukungan Parpol, mustahil bisa ikut dalam kontestasi elektoral.

"Jika melihat dari deretan tokoh muda yang potensial muncul Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, Puan Maharani, AHY merupakan lima sosok paling potensial," ungkapnya.

Namun, hal tersebut kata dia masih bersifat tentatif. "Tapi lima sosok tersebut memiliki ketiga kriteria tersebut," katanya.

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengungkapkan perubahan politik akan terjadi pada 2024. Generasi tua akan menepi, digantikan oleh anak-anak muda. Dikatakan Mega, 2024 sebagai regenerasi politik.

Thursday, February 20, 2020

AHY Calon Potensial Di 2024, Asal ....


AHY Calon Potensial Di 2024, Asal ....
KAMIS, 20 FEBRUARI 2020, 10:48 WIB
LAPORAN: FAISAL ARISTAMA





Potensi Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY maju di Pilpres 2024 terbuka lebar. Pasalnya, putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu memiliki modal yang cukup untuk mengarungi pesta lima tahunan tersebut.

"Potensi AHY maju Pilpres 2024 terbuka lebar setidaknya ada dua hal. Pertama dia punya gerbong parpol, Demokrat. Kedua, dia punya modal bangun ketokohan," kata pengamat politik dari Indostrategi Arif Nurul Imam saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu di Jakarta, Kamis (20/2).

Menurutnya, AHY masih memiliki waktu untuk memantapkan tujuan maju pada gelaran Pilpres 2024. Meskipun, peta dan dinamika politik menjelang Pilpres 2024 masih sangat cair.

 "AHY bisa memoles diri untuk dapatkan popularitas dan elektabilitas. Memang dinamika Pilpres 2020 masih prematur, tetapi tokoh seperti AHY potensial maju Pilpres 2024," ujar Arif Nurul Imam.

Terjangkau Dengan catatan, lanjutnya, AHY tidak berhenti untuk bergerilya meraih simpati masyarakat Indonesia sejak saat ini hingga waktu Pilpres 2024 tiba. “Dia (AHY) mesti melakukan kerja-kerja politik," demikian Arif Nurul Imam.  EDITOR: WIDIAN VEBRIYANTO

Artikel ini telah tayang di 
Rmol.id dengan judul "AHY Calon Potensial Di 2024, Asal ....", https://politik.rmol.id/read/2020/02/20/422186/ahy-calon-potensial-di-2024-asal.


Tuesday, February 18, 2020

Kader Partai Demokrat Dinilai Perlu Pikirkan


Selasa, 18 Februari 2020 | 17:52
Kader Partai Demokrat Dinilai Perlu Pikirkan


Jakarta, Beritasatu.com – Seluruh kader Partai Demokrat (PD) dinilai perlu memikirkan masa depan partai itu ke depan. Pemilik suara dalam Kongres PD pada Mei 2020, sepatutnya memerhatikan sosok ideal untuk memimpin PD.
“Kader Partai Demokrat tentu harus lihat masa depan partai ini mau ke mana. Apakah akan jadi partai besar, menengah, atau tidak lolos ambang batas parlemen pada 2024?. Jadi kader harus lihat siapa calon ketua umum yang paling layak dan pas,” kata Direktur IndoStrategi, Arif Nurul Imam kepada Beritasatu.com, Selasa (18/2/2020).

Menurut Arif, ada dua tokoh muda di PD yang memang berpeluang menggantikan Ketua Umum (ketum) PD Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Keduanya merupakan putra SBY yakni Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas). “Dua kandidat ini (AHY dan Ibas) adalah anak Pak SBY yang memang mempunyai sisi plus dan minus,” ujar Arif.
Arif menyatakan AHY memang dapat menjadi ikon PD pada Pemilu 2024. Meski begitu, lanjut Arif, AHY belum memiliki pengalaman panjang di dunia politik. Berbanding jauh dengan Ibas yang pernah menjabat sekretaris jenderal (sekjen). Ibas pun tercatat masih menjabat ketua Fraksi PD DPR. Hal itu tentu menjadi kelebihan Ibas.
“Partai Demokrat butuh ikon seperti AHY. Tapi AHY belum punya jam terbang politik yang tinggi seperti Ibas. Secara personal ketokohan Ibas memang masih kalah dengan AHY. Hanya Ibas sudah tahu riil politik praktis, bagaimana melakukan kerja-kerja politik, konsolidasi, lobi-lobi politik,” ujar Arif.
Menurut Arif, peluang ketum PD periode 2020-2025 terpilih aklamasi terbuka lebar. “Pak SBY juga jadi penentu. Tergantung Pak SBY yang pasti tidak rela anaknya bertarung kemudian menjadi konflik berkepanjangan,” imbuh Arif.
Sekadar diketahui, AHY gencar menemui kader PD di daerah. AHY yang pernah maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta pada 2017, kerap mengunggah kunjungan melalui akun Instagramnya. AHY sempat menyatakan PD memiliki mekanisme pemilihan ketum sesuai AD/ART.
“Ketua umum kami, Pak SBY tentunya juga sudah memiliki gambaran-gambaran bagaimana partai ini semakin baik ke depan. Kongres itu sebagai sebuah formalitas. (hal) yang penting bagi kami, bagaimana Demokrat terus memiliki semangat untuk berbenah diri, terus meningkatkan kerja-kerja politik untuk masyarakat di berbagai daerah dan nusantara,” kata AHY.
AHY pun menepis akan terjadi persaingan dengan Ibas saat kongres nanti. “Oh enggak ada. Enggak ada sama sekali. Kami adalah keluarga besar, untuk kita semua menginginkan membawa Pertai Demokrat itu semakin baik ke depan. Tidak ada itu persaingan-persaingan,” ucap AHY. 


Penulis: Carlos KY Paath / JAS
Sumber: BeritaSatu.com

https://amp.beritasatu.com/politik/600829/kader-partai-demokrat-dinilai-perlu-pikirkan-masa-depan

Sunday, February 16, 2020

Hapus Upah dan Cuti, Pengamat: Omnibus Law Perlu Mendengar Aspirasi Buruh


Hapus Upah dan Cuti, Pengamat: Omnibus Law Perlu Mendengar Aspirasi Buruh
Minggu, 16 Februari 2020 - 09:13 WIB




views: 13.271
JAKARTA - Pengamat Politik dan Direktur IndoStrategi Arif Nurul Imam menilai draf Omnibus Law Cipta Kerja perlu dikritisi. Sebab Omnibus Law itu menghapus aturan soal upah yang seharusnya diterima buruh atau pekerja bila berhalangan tidak masuk kerja.
Selain itu, lanjut dia, rancangan undang-undang (UU) itu juga menghapus aturan pemberian waktu istirahat panjang atau cuti panjang bagi pekerja yang masa kerjanya di sebuah perusahaan sudah lebih dari 6 tahun.
“Rancangan UU ini perlu dikritisi, perlu mendengar aspirasi buruh. Jangan sampai sepihak, hanya menguntungkan pengusaha saja,” kata Arif Nurul Imam kepada SINDOnews, Minggu (16/2/2020).
Arif menegaskan, salah satu syarat membuat kebijakan adalah harus partisipatif, yakni mendengar dari semua stakeholder terkait. 

“Omnibus Law RUU Ciptakan Lapangan Kerja ini sangat merugikan buruh, karena menghapus upah jika buruh berhalangan masuk kerja dan dihilangkannya cuti panjang bagi pekerja yang masa kerjanya di sebuah perusahaan sudah lebih dari 6 tahun,” tuturnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, Presiden Jokowi seharusnya memperhatikan sektor perburuhan secara komprehensif. Hal ini lantaran buruh atau lapisan rakyat kecil sebagian besar pendukung dalam Pilpres 2019, karena figur Jokowi dianggap pro rakyat kecil. 

“Jangan sampai mengingkari amanat rakyat kecil, karena Pak Jokowi didukung oleh para buruh lantaran dianggap bisa memperjuangkan wong cilik,” pungkasnya.

Wednesday, February 12, 2020

Meredupnya Pengaruh Amien Rais


Meredupnya Pengaruh Amien Rais
Rabu, 12 Februari 2020 | 01:24 WIB
Oleh : Dedy Priatmojo, Agus Rahmat,

·          
VIVAnews – Pengaruh M.Amien Rais di Partai Amanat Nasional (PAN) begitu sangat kuat. Dari kongres ke kongres, salah satu tokoh Reformasi itu selalu didengarkan arahan dan ucapannya oleh para kader.
Namun kali ini, pengaruh Amien Rais dinilai mulai luntur. Mengingat, petahana Zulkifli Hasan kembali terpilih sebagai ketua umum periode 2020-2025. Sementara kandidat yang didukung Amien adalah Mulfachri Harahap yang tadinya bakal menjadikan Hanafi Rais sebagai sekjen jika menang.
Pengaruh Amien mulai luntur, karena biasanya di PAN, calon petahana tidak diperkenankan maju lagi dan tidak didukung Amien Rais. Tapi Zulkifli Hasan justru sebaliknya, bahkan menang.
Pengamat politik dari IndoStrategi Arif Nurul Iman mengatakan, kongres PAN di Kendari kali ini cukup menarik. Dia tetap yakin, bahwa pengaruh seorang Amien Rais di tubuh partai berlambang matahari itu masih ada.
Namun diakuinya, pengaruh Amien Rais tidak sekuat seperti kongres-kongres sebelumnya.
"Saya kira pengaruh Amien Rais akan selalu menurun. Karena faktor usia maupun munculnya pengaruh-pengaruh tokoh PAN yang lain seperti Zulkifli Hasan sebagai ketua umum," kata Arif Nurul, dalam perbincangan dengan VIVAnews, Selasa 11 Februari 2020.
Menurutnya, pamor Zulkifli Hasan masih cukup besar, karirnya dalam perpolitikan Tanah Air juga masih baik. Dengan terpilih menjadi ketua umum PAN periode kedua, Zulkifli ingin punya daya tawar politik nasional.
Disisi lain, pengaruh Amien Rais kian tahun mulai menurun. Terbukti, calon yang didukung oleh Tokoh Reformasi itu kandas. 
"Saya kira pengaruh Amien Rais harus disadari juga ada penurunan dibanding Amien Rais ketika awal-awal Reformasi atau pada awal-awal ketum partai. Tapi yang jelas masih punya pengaruh. Apakah signifikan atau enggak," jelas Arif.
Sebelumnya, Zulkifli Hasan kembali terpilih sebagai ketua umum dalam Kongres V Partai Amanat Nasional (PAN) di Kendari, Selasa, 11 Februari 2020. Zulkifli Hasan atau Zulhas unggul dengan perolehan 331 suara dari 562 suara sah.
Zulhas mengungguli Mulfachri Harahap dengan perolehan suara sebanyak 225 dan Drajad Wibowo mengantongi 6 suara. Zulhan unggul sebanyak 106 suara dari Mulfachri dan berhak menjadi Ketua Umum PAN Periode 2020-2025. 



HEADLINE: Zulkifli Hasan Kembali Nakhodai PAN, ke Mana Arah Partai Selanjutnya?

HEADLINE: Zulkifli Hasan Kembali Nakhodai PAN, ke Mana Arah Partai Selanjutnya?