Nov 17, 2014
Oleh: Arif Nurul Imam
Stigma ideologi yang melekat di wajah ekonom Faisal Basri memang paradoks. Di satu kalangan, ia dinilai sebagai tokoh politik dan ekonom berhaluan sosial demokrasi (sosdem), tapi di kubu lain kerap diasosiasikan dengan ideologi neoliberalisme alias pemuja pasar. Sewaktu di PAN, misalnya, mantan sekjen PAN ini, dipandang sebagai penganut paham sosdem, namun di beberapa kelompok intelektual aktivis kerap dituding berhaluan neoliberal.
Namun, menganut kedua ideologi tersebut juga mustahil. Tidak mungkin berkelamin ganda, karena itu hampir dipastikan menganut salah satu paham tersebut; entah sosdem atau pemuja pasar bebas.
Sesungguhnya, saya tidak memiliki pengetahuan yang cukup memadai untuk menjelaskan mengenai pertentangan kedua pandangan publik tersebut. Hanya saja, karena dinilai memiliki kedekatan pribadi serta mempunyai kemewahan untuk diskusi secara personal, acapkali diminta penjelasan oleh teman-teman yang berlatar belakang dari berbagai jenis profesi dan beragam ideologi, yang tidak kenal secara langsung dengan beliau. Tidak hanya itu, beberapa kawan yang mengenal langsung pun, pernah pula meminta penjelasan perihal tersebut, bahkan putra sulungnya yang kini tengah studi di Inggris.