Rachmat
Fahzry, Jurnalis · Selasa 11
September 2018 16:55 WIB
Prabowo Subianto dan
Susilo Bambang Yudhoyono bertemu di rumah SBY, Mega Kuningan. Foto:
Okezone/Heru Haryono
JAKARTA - Partai Demokrat telah resmi menentukan sikap berkoalisi
mendukung pasangan Prabowo Subiantio-Sandiaga Uno pada Pilpres 2019 nanti, tapi
nampaknya dukungan itu tidak akan bulad.
Hal ini setidaknya terbaca dari pernyataan
dari Komandan Satuan Tugas Bersama(Kogasmas) Partai Demokrat Agus Harimurti
Yudhoyono(AHY) yang memberikan kebebasan kadernya untuk memberikan dukungan
dalam Pilpres 2019 menuai beragam tanggapan.
“Politik
dua kaki yang dimainkan Partai Demokrat adalah sebagai cara mencari aman saja.
Sesungguhnya sikap politik ini tidak begitu mengejutkan publik, sebab pada
Pilpres 2014 sikap partai besutan SBY ini juga menyatakan netral,” ujar
Direktur Lembaga IndoStrategi Arif Nurul Imam dalam rilis yang diterima Okezone,
Selasa (11/9/2018).
Namun demikian, karena UU Pemilu yang baru
partai politik tidak boleh netral, maka Demokrat secara kelembagaan mendukung
paslon Prabowo-Sandi. Namun Demokrat juga membiarkan kadernya untuk mendukung
paslon lain. Menurut Arif, subtansi politiknya sama dengan cari aman tetapi
cara yang berbeda mensikapi regulasi.
“Meski parpol bukan satu-satunya variabel
meraih kemenangan, namun soliditas partai pendukung menjadi salah satu kunci
memenangkan laga kontestasi Pilpres,” ujarnya.
Manuver ini juga menunjukkan bahwa Partai
Demokrat memberikan investasi politik pada paslon Jokowi-Makruf Amin.
“Jika yang menang Jokowi-Makruf Amin menang
misalnya, PD (Partai Demokrat) bisa meminta imbalan konsesi politik seperti
jatah di kabinet,” pungkasnya.
(fzy)
0 komentar:
Post a Comment