Sumber Okezone
Ini adalah Blog Arif Nurul Imam
"Orang Boleh Pandai Setinggi Langit Tapi Selama ia Tidak Menulis Ia akan hilang didalam Masyarakat dan Sejarah. Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".
Ini adalah Blog Arif Nurul Imam
"Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".
Ini adalah Blog Arif Nurul Imam
"Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".
Ini adalah Blog Arif Nurul Imam
"Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".
Ini adalah Blog Arif Nurul Imam
"Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".
Monday, September 17, 2018
Permainan Demokrat Main "Dua Kaki" untuk Cari Aman dalam Pilpres 2019
Prabowo Subianto dan
Susilo Bambang Yudhoyono bertemu di rumah SBY, Mega Kuningan. Foto:
Okezone/Heru Haryono
JAKARTA - Partai Demokrat telah resmi menentukan sikap berkoalisi
mendukung pasangan Prabowo Subiantio-Sandiaga Uno pada Pilpres 2019 nanti, tapi
nampaknya dukungan itu tidak akan bulad.
Hal ini setidaknya terbaca dari pernyataan
dari Komandan Satuan Tugas Bersama(Kogasmas) Partai Demokrat Agus Harimurti
Yudhoyono(AHY) yang memberikan kebebasan kadernya untuk memberikan dukungan
dalam Pilpres 2019 menuai beragam tanggapan.
“Politik
dua kaki yang dimainkan Partai Demokrat adalah sebagai cara mencari aman saja.
Sesungguhnya sikap politik ini tidak begitu mengejutkan publik, sebab pada
Pilpres 2014 sikap partai besutan SBY ini juga menyatakan netral,” ujar
Direktur Lembaga IndoStrategi Arif Nurul Imam dalam rilis yang diterima Okezone,
Selasa (11/9/2018).
Namun demikian, karena UU Pemilu yang baru
partai politik tidak boleh netral, maka Demokrat secara kelembagaan mendukung
paslon Prabowo-Sandi. Namun Demokrat juga membiarkan kadernya untuk mendukung
paslon lain. Menurut Arif, subtansi politiknya sama dengan cari aman tetapi
cara yang berbeda mensikapi regulasi.
“Meski parpol bukan satu-satunya variabel
meraih kemenangan, namun soliditas partai pendukung menjadi salah satu kunci
memenangkan laga kontestasi Pilpres,” ujarnya.
Manuver ini juga menunjukkan bahwa Partai
Demokrat memberikan investasi politik pada paslon Jokowi-Makruf Amin.
“Jika yang menang Jokowi-Makruf Amin menang
misalnya, PD (Partai Demokrat) bisa meminta imbalan konsesi politik seperti
jatah di kabinet,” pungkasnya.
(fzy)
Sumber Okezone
Mainkan Politik Dua Kaki, Pengamat: Demokrat Cari Aman
Rabu, 12 September 2018 - 10:39 WIB
views: 7.606
Direktur Lembaga IndoStrategi Arif
Nurul Imam menilai Partai Demokrat mencari aman dalam Pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden (Pilpres) 2019. Foto/Ilustrasi/SINDOphoto
JAKARTA - Partai
Demokrat dinilai mencari aman dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
(Pilpres) 2019. Sebab walaupun Partai Demokrat mendukung Prabowo
Subianto-Sandiaga Uno, sebagian kadernya mendukung Joko Widodo (Jokowi)-KH
Ma'ruf Amin.
Namun, menurut dia, sikap politik Partai Demokrat beserta sebagian kadernya itu tidak begitu mengejutkan publik. "Sebab pada Pilpres 2014 sikap partai besutan SBY ini juga menyatakan netral,” katanya. (Baca: Zulkifli Hasan Tak Menampik Gatot Nurmantyo Masuk Tim Prabowo)
Kendati demikian, kata dia, karena partai politik dalam Undang-Undang Pemilu yang baru tidak boleh netral, maka Demokrat secara kelembagaan mendukung Prabowo-Sandi namun membiarkan kadernya untuk mendukung pasangan calon lain. Menurut Arif, substansi politiknya sama, cari aman dengan cara yang berbeda menyikapi regulasi.
“Meski parpol bukan satu-satunya variabel meraih kemenangan, namun soliditas partai pendukung menjadi salah satu kunci memenangkan laga kontestasi pilpres,” tandasnya.
Manuver itu, kata dia, juga menunjukkan bahwa Partai Demokrat memberikan investasi politik pada Jokowi-Ma'ruf. “Jika yang menang Jokowi-Ma'ruf Amin menang misalnya, Partai Demokrat bisa meminta imbalan konsesi politik seperti jatah di kabinet,” pungkasnya.
Sumber Sindo https://nasional.sindonews.com/read/1337516/12/mainkan-politik-dua-kaki-pengamat-demokrat-cari-aman-1536720984
Wednesday, September 12, 2018
Rabu, 12 September 2018 |
04:05 WIB
Demokrat Dinilai Cari
Aman Main Dua Kaki di 2019
Ahmad Farhan Faris
(Foto: inilahcom/ilustrasi)INILAHCOM, Jakarta - Partai Demokrat yang diketuai Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) telah mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebagai
calon Presiden dan Wakil Presiden RI pada Pemilu Presiden 2019.
Namun, dukungan Demokrat terhadap Prabowo-Sandi sepertinya tidak bulat karena memberikan kebebasan kepada kadernya untuk mendukung calon lain pada Pemilu Presiden 2019.
Direktur Lembaga IndoStrategi, Arif Nurul Imam menilai pernyataan Komandan Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang memberikan kebebasan kadernya mendukung pada Pilpres 2019 hanya main aman.
"Politik dua kaki yang dimainkan Partai Demokrat adalah sebagai cara mencari aman saja. Sesungguhnya sikap politik ini tidak begitu mengejutkan publik, sebab pada Pilpres 2014 sikap partai besutan SBY ini juga menyatakan netral," kata Arif kepada INILAHCOM, Selasa (11/9/2018).
Menurut dia, Undang-Undang Pemilu yang baru mengatur memang partai politik tidka boleh netral sehingga Demokrat secara kelembagaan mendukung pasangan Prabowo-Sandi.
Akan tetapi, kata dia, Demokrat justru membiarkan kadernya untuk mendukung pasangan calon Joko Widodo-Maruf Amin. Maka, langkah Demokrat ini mencari aman.
"Meski parpol bukan satu-satunya variabel meraih kemenangan, namun soliditas partai pendukung menjadi salah satu kunci memenangkan laga kontestasi Pilpres," ujarnya.
Ia mengatakan manuver ini akan menunjukkan bahwa Partai Demokrat memberikan investasi politik pada pasangan calon Jokowi-Makruf Amin.
"Jika yang menang Jokowi-Makruf Amin menang misalnya, PD bisa meminta imbalan konsesi politik seperti jatah di kabinet," tandasnya.[ris]
Namun, dukungan Demokrat terhadap Prabowo-Sandi sepertinya tidak bulat karena memberikan kebebasan kepada kadernya untuk mendukung calon lain pada Pemilu Presiden 2019.
Direktur Lembaga IndoStrategi, Arif Nurul Imam menilai pernyataan Komandan Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang memberikan kebebasan kadernya mendukung pada Pilpres 2019 hanya main aman.
"Politik dua kaki yang dimainkan Partai Demokrat adalah sebagai cara mencari aman saja. Sesungguhnya sikap politik ini tidak begitu mengejutkan publik, sebab pada Pilpres 2014 sikap partai besutan SBY ini juga menyatakan netral," kata Arif kepada INILAHCOM, Selasa (11/9/2018).
Menurut dia, Undang-Undang Pemilu yang baru mengatur memang partai politik tidka boleh netral sehingga Demokrat secara kelembagaan mendukung pasangan Prabowo-Sandi.
Akan tetapi, kata dia, Demokrat justru membiarkan kadernya untuk mendukung pasangan calon Joko Widodo-Maruf Amin. Maka, langkah Demokrat ini mencari aman.
"Meski parpol bukan satu-satunya variabel meraih kemenangan, namun soliditas partai pendukung menjadi salah satu kunci memenangkan laga kontestasi Pilpres," ujarnya.
Ia mengatakan manuver ini akan menunjukkan bahwa Partai Demokrat memberikan investasi politik pada pasangan calon Jokowi-Makruf Amin.
"Jika yang menang Jokowi-Makruf Amin menang misalnya, PD bisa meminta imbalan konsesi politik seperti jatah di kabinet," tandasnya.[ris]
Pengamat: Demokrat Cari Aman Dalam Pilpres
POLITIK SELASA,
11 SEPTEMBER 2018 , 20:58:00 WIB | LAPORAN: RIZAL FADILLAH
Arif Nurul Imam/RMOLJabar
RMOLJabar. Meski Partai
Demokrat telah resmi menentukan sikap berkoalisi mendukung pasangan
Prabowo-Sandiaga Uno pada Pilpres 2019 nanti, tapi nampaknya dukungan itu tidak
akan bulad.
Direktur Lembaga IndoStrategi, Arif Nurul Imam mengungkapkan, hal itu
setidaknya terbaca dari pernyataan dari Komandan Satuan Tugas Bersama
(Kogasmas) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang memberikan kebebasan
kadernya untuk memberikan dukungan dalam Pilpres 2019 menuai beragam tanggapan.
Politik dua kaki yang dimainkan Partai Demokrat adalah sebagai cara mencari aman saja. Sesungguhnya sikap politik ini tidak begitu mengejutkan publik, sebab pada Pilpres 2014 sikap partai besutan SBY ini juga menyatakan netral,” ucapnya pada RMOLJabar, Selasa (11/09).
Namun demikian, karena UU Pemilu yang baru partai politik tidak boleh netral maka Demokrat secara kelembagaan mendukung paslon Prabowo-Sandi, namun membiarkan kadernya untuk mendukung paslon lain.
Menurut Arif, subtansi politiknya sama, cari aman dengan cara yang berbeda mensikapi regulasi. Meski parpol bukan satu-satunya variabel meraih kemenangan, namun soliditas partai pendukung menjadi salah satu kunci memenangkan laga kontestasi Pilpres,” ujarnya.
Manuver ini juga menunjukkan bahwa Partai Demokrat memberikan investasi politik pada paslon Jokowi-Ma'ruf Amin.
Jika yang menang Jokowi-Ma'ruf Amin menang misalnya, PD bisa meminta imbalan konsesi politik seperti jatah di kabinet,” pungkasnya. [yud]
Politik dua kaki yang dimainkan Partai Demokrat adalah sebagai cara mencari aman saja. Sesungguhnya sikap politik ini tidak begitu mengejutkan publik, sebab pada Pilpres 2014 sikap partai besutan SBY ini juga menyatakan netral,” ucapnya pada RMOLJabar, Selasa (11/09).
Namun demikian, karena UU Pemilu yang baru partai politik tidak boleh netral maka Demokrat secara kelembagaan mendukung paslon Prabowo-Sandi, namun membiarkan kadernya untuk mendukung paslon lain.
Menurut Arif, subtansi politiknya sama, cari aman dengan cara yang berbeda mensikapi regulasi. Meski parpol bukan satu-satunya variabel meraih kemenangan, namun soliditas partai pendukung menjadi salah satu kunci memenangkan laga kontestasi Pilpres,” ujarnya.
Manuver ini juga menunjukkan bahwa Partai Demokrat memberikan investasi politik pada paslon Jokowi-Ma'ruf Amin.
Jika yang menang Jokowi-Ma'ruf Amin menang misalnya, PD bisa meminta imbalan konsesi politik seperti jatah di kabinet,” pungkasnya. [yud]
Tuesday, September 11, 2018
Pengamat: Jika Jokowi Menang, Demokrat Bisa Minta Konsesi
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan keterangan pers seusai pertemuan di Jl Kertanegara, Jakarta, Senin (30/7 - 23018). (Antara / Sigid Kurniawan)
Solopos.com, JAKARTA -- Direktur Lembaga IndoStrategi, Arif
Nurul Imam, mengatakan bahwa manuver politik Partai Demokrat dalam
Pemilu Presiden (PIlpres) 2019 tidak jauh berbeda dengan Pemilu 2014. Partai
berlambang mercy itu dinilai cenderung memilih cara aman.
Menurut Arif, dengan
mengizinkan kadernya menentukan sendiri pilihan politik yang berseberangan dari
garis kebijakan partai, maka partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
memainkan politik cari aman dengan formasi yang berbeda.
“Meski parpol bukan satu-satunya variabel
meraih kemenangan, namun soliditas partai pendukung menjadi salah satu kunci
memenangkan laga kontestasi Pilpres,” ujarnya, Selasa (11/9/2018).
Dia pun menyebut
manuver tersebut juga menunjukkan bahwa Partai Demokrat sengaja memberikan
investasi politik pada paslon Jokowi-Ma'ruf Amin. “Jika yang menang Jokowi-Ma'ruf Amin
misalnya, Demokrat tetap bisa meminta imbalan konsesi politik seperti jatah di
kabinet,” katanya.
Menurutnya, dengan
membolehkan kadernya membelot mendukung petahana Jokowi-Ma'ruf Amin, berarti
Partai Demokrat secara substantif punya strategi cari aman. Pasalnya, hal
tersebut bertentangan dengan sikap resmi Demokrat yang sudah memutuskan
berkoalisi dengan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pada Pilpres 2019.
“Politik dua kaki yang
dimainkan Partai Demokrat adalah sebagai cara mencari aman saja,” katanya.
Arif menilai
sesungguhnya sikap politik itu tidak begitu mengejutkan publik. Paalnya, pada
Pilpres 2014 sikap partai itu menyatakan netral. Namun karena Undang-Undang
Pemilu melarang partai politik netral, maka Partai Demokratsecara
kelembagaan mendukung paslon Prabowo-Sandi. Hanya saja, partai itu sekaligus
membiarkan kadernya mendukung paslon petahana.
Sumber Solopos http://news.solopos.com/read/20180911/496/939133/pengamat-jika-jokowi-menang-demokrat-bisa-minta-konsesiPermainan Demokrat Main "Dua Kaki" untuk Cari Aman dalam Pilpres 2019
Rachmat
Fahzry, Jurnalis · Selasa 11
September 2018 16:55 WIB
Prabowo Subianto dan
Susilo Bambang Yudhoyono bertemu di rumah SBY, Mega Kuningan. Foto:
Okezone/Heru Haryono
JAKARTA - Partai Demokrat telah resmi menentukan sikap berkoalisi
mendukung pasangan Prabowo Subiantio-Sandiaga Uno pada Pilpres 2019 nanti, tapi
nampaknya dukungan itu tidak akan bulad.
Hal ini setidaknya terbaca dari pernyataan
dari Komandan Satuan Tugas Bersama(Kogasmas) Partai Demokrat Agus Harimurti
Yudhoyono(AHY) yang memberikan kebebasan kadernya untuk memberikan dukungan
dalam Pilpres 2019 menuai beragam tanggapan.
“Politik
dua kaki yang dimainkan Partai Demokrat adalah sebagai cara mencari aman saja.
Sesungguhnya sikap politik ini tidak begitu mengejutkan publik, sebab pada
Pilpres 2014 sikap partai besutan SBY ini juga menyatakan netral,” ujar
Direktur Lembaga IndoStrategi Arif Nurul Imam dalam rilis yang diterima Okezone,
Selasa (11/9/2018).
Namun demikian, karena UU Pemilu yang baru
partai politik tidak boleh netral, maka Demokrat secara kelembagaan mendukung
paslon Prabowo-Sandi. Namun Demokrat juga membiarkan kadernya untuk mendukung
paslon lain. Menurut Arif, subtansi politiknya sama dengan cari aman tetapi
cara yang berbeda mensikapi regulasi.
“Meski parpol bukan satu-satunya variabel
meraih kemenangan, namun soliditas partai pendukung menjadi salah satu kunci
memenangkan laga kontestasi Pilpres,” ujarnya.
Manuver ini juga menunjukkan bahwa Partai
Demokrat memberikan investasi politik pada paslon Jokowi-Makruf Amin.
“Jika yang menang Jokowi-Makruf Amin menang
misalnya, PD (Partai Demokrat) bisa meminta imbalan konsesi politik seperti
jatah di kabinet,” pungkasnya.
(fzy)
Sikap Demokrat Dinilai tak Mengejutkan
Selasa 11 September
2018 22:31 WIB
Red: Muhammad Hafil
Logo Partai Demokrat
Foto: DOKREP
REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA -- Sikap Partai Demokrat yang mengizinkan sejumlah kadernya untuk
mendukung Jokowi-KH Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019 dinilai tak mengejutkan.
Karena, Demokrat juga pernah melakukannya pada Pilpres 2014 di mana menempatkan
posisi sebagai partai yang netral.
“Politik dua kaki yang
dimainkan Partai Demokrat adalah sebagai cara mencari aman saja. Sesungguhnya
sikap politik ini tidak begitu mengejutkan publik, sebab pada Pilpres
2014 sikap partai besutan SBY ini juga menyatakan netral,” ujar Direktur
Lembaga IndoStrategi Arif Nurul Imam kepada Republika.co.id, Selasa
(11/9).
Namun, menurut
Direktur Lembaga IndoStrategi Arif Nurul Iman, karena UU Pemilu yang baru
partai politik tidak boleh netral maka Demokrat secara kelembagaan mendukung
paslon Prabowo-Sandi, namun membiarkan kadernya untuk mendukung paslon lain.
Menurut Arif, subtansi politiknya sama, cari aman dengan cara yang berbeda
mensikapi regulasi.
“Meski parpol bukan
satu-satunya variabel meraih kemenangan, namun soliditas partai pendukung menjadi
salah satu kunci memenangkan laga kontestasi Pilpres,” ujar Arif.
Menurut Arif, dengan
sikap seperti ini, Demokrat menunjukkan sedang menanamkan investasi politik
pada paslon Jokowi-Makruf Amin. “Jika yang menang Jokowi-Makruf Amin menang
misalnya, PD bisa meminta imbalan konsesi politik seperti jatah di kabinet,”
katanya.
Sejumlah elite politik
pengurus Partai Demokrat di daerah diberi perlakuan khusus untuk mendukung Joko
Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019 mendatang. Meski demikian,
Demokrat membantah 'main dua kaki' pada Pilpres mendatang.
"Partai Demokrat
memberikan perlakuan khusus di daerah yang bukan lumbung suara
Prabowo-Sandiaga. Kalau namanya penghianatan (dua kaki) dari kita adalah kalau
di basis Pak Prabowo, kita nggak dukung dia, itu baru penghianatan. Kita kan
ada kebutuhan caleg juga untuk nyaleg, jadi fleksible movement,"
ujar Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Andi Arief, Ahad
(9/9).
Menurut Andi, hal itu
tidak hanya dilakukan oleh Partai Demokrat. "Di kubu PKS, kubu PAN juga
ada daerah daerah yang nggak mungkin bisa mendukung.
Jadi kita sikapnya mencari rumusan yang pas aja deh, jadi
bukan dikasih dispensasi," ujar Andi.