Jumat, 29 Juni 2018 | 09:49 WIB
Photo :
§
ANTARA FOTO/Septianda Perdana
Calon Gubernur Sumut
nomor urut dua Djarot Saiful Hidayat bersama istri Happy Farida
Pengamat politik dari
POINT Indonesia, Arif Nurul Imam mengatakan, meski masih berdasar hasil hitung
cepat, tetapi sudah menunjukkan kalau mayoritas calon dari PDIP, kalah.
Termasuk di provinsi-provinsi yang suara pemilihnya banyak, yaitu Jawa Barat, Jawa
Timur, Sumatera Utara, dan Kalimantan Barat.
“Hasil hitung cepat
menunjukkan pasangan calon yang diusung PDIP banyak yang kalah sehingga menjadi
alarm politik bagi PDIP,” kata Arif Nurul Imam, saat dihubungi, Jumat 29 Juni
2018.
Hasil
pilkada ini, tidak sejalan dengan PDIP yang memenangkan pemilu 2014 lalu. Arif
menduga, ada blunder politik yang dilakukan elite partai itu
dalam mengusung calon. "Dukungan yang diberikan pada tokoh acapkali kerap
mengabaikan grass-root sehingga tidak mendapat dukungan
simpatisan partai dan masyarakat," kata Arif.
Dia mencontohkan Jawa
Barat. Di wilayah itu, PDIP merupakan partai terbesar peraih kursi legislatif
sehingga tanpa koalisi pun bisa mengusung kandidat sendiri. Tapi nyatanya,
pasangan calon yang diusung PDI Perjuangan justru keok dan berada di urutan
buncit.
Demikian pula di
Sumatera Utara dan Jawa Timur. Di Sumut PDIP yang mengusung mantan Gubernur DKI
Jakarta Djarot Saiful Hidayat sebaga calon Gubernur Sumatera Utara dan di Jawa
Timur PDIP mengusung Puti Guntur Soekarno sebagai calon Wakil Gubernur Jawa
Timur.
Tapi kedua calon yang
diusung PDIP kalah. “Banyak pasangan calon yang diusung PDIP tak memiliki
rasionalisasi politik sehingga timbul kesan dipaksakan,” ujar Arif menambahkan.
Dengan hasil demikian,
ujarnya, Pemilu 2019 PDIP harus lebih bekerja keras lagi selain harus
menyiapkan berbagai strategi yang lebih tepat menghadapi pemilu legeslatif.
“Meski politik tidak
selalu linier, namun hasil pilkada merupakan salah satu parameter yang tak bisa
diabaikan. Ini alarm bagi PDIP agar lebih giat dalam melakukan kerja-kerja
politik.” (mus)
0 komentar:
Post a Comment