Ini adalah Blog Arif Nurul Imam

"Orang Boleh Pandai Setinggi Langit Tapi Selama ia Tidak Menulis Ia akan hilang didalam Masyarakat dan Sejarah. Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".

Ini adalah Blog Arif Nurul Imam

"Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".

Ini adalah Blog Arif Nurul Imam

"Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".

Ini adalah Blog Arif Nurul Imam

"Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".

Ini adalah Blog Arif Nurul Imam

"Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".

Monday, May 28, 2018

Caleg Mantan Napi Koruptor Virus Demokrasi




POLITIK  SENIN, 28 MEI 2018 , 14:35:00 WIB | LAPORAN: FAJAR SIDIK SUPRIADI



RMOLJabar. Pengamat Politik POINT Indonesia Arif Nurul Imam mengatakan penolakan usulan Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait larangan mantan narapidana kasus korupsi menjadi calon anggota legislatif(caleg) oleh partai politik patut dikritisi. Sebab, caleg mantan narapidana korupsi hampir dipastikan memiliki cacat integritas.

"Caleg mantan narapidana korupsi merupakan virus demokrasi karena cacat integritas.Bagaimana mungkin kita memiliki parlemen yang kredibel jika yang maju menjadi caleg adalah mantan koruptor," ujarnya, Senin (28/5). 


Seharusnya, kata Arif, usulan KPU tersebut didukung oleh semua kalangan. Apalagi di tengah buruknya citra dan kinerja parlemen. "Di tengah situasi buruknya kinerja dan citra parlemen, penolakan caleg narapidana koruptor adalah langkah progresif untuk mendongkrak kepercayaan publik kepada parlemen," ucapnya.


Bahkan aturan tersebut dapat mendorong lahirnya legislator yang memiliki integritas dan komitmen terhadap kepentingan publik. "Usulan seperti ini pantas didorong," ungkapnya.

Menurutnya, wacana larangan mantan napi kasus korupsi menjadi caleg dapat diterapkan bagi calon presiden dan calon wakil presiden. Hal itu sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu. "Dari semua partai yamg ada di Parlemen, hanya PKB, PKS, dan Hanura yang sepakat dengan wacana KPU tersebut," pungkasnya. [bon] 




Friday, May 25, 2018

Tim Sukses Optimistis Elektabilitas Sudirman-Ida Naik Pesat


KONTRIBUTOR SEMARANG, NAZAR NURDIN Kompas.com - 23/05/2018, 18:49 WIB



Sudirman Said saat bersama dengan para guru honorer di Kebumen, Selasa (15/5/2018).(Dok. Sudirman Said)


SEMARANG, KOMPAS.com - Tim sukses pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah terus bergerak untuk meningkatkan elektabilitas calonnya di Pilkada Jawa Tengah. Tim sukses optimistis di sisa waktu menjelang pemilihan pada 27 Juni 2018, elektabilitas pasangan Sudirman-Ida meningkat pesat.

 "Kami masih optimistis karena masih ada waktu. Kami juga punya survei (internal) sendiri untuk acuan. Tren paslon terus naik," ujar Sekretaris DPD Gerindra Jawa Tengah, Sriyanto Saputro, saat dihubungi, Rabu (23/5/2018).

Ia mengatakan, partainya bersama koalisi terus bergerak di semua wilayah untuk memperkuat basis dukungan. Relawan juga diklaim terus bergerak ke desa-desa untuk memenangkan Sudirman-Ida. "Kita terus menggerakkan mesin partai koalisi, relawan. Paslon juga terus ke bawah, terutama di bulan Ramadhan ini makin intensif," tuturnya.

Analis politik Point Indonesia Arif Nurul Imam mengatakan, hasil berbagai survei menyebut, paslon Ganjar-Taj Yasin masih unggul, namun bukan berarti peluang Sudirman-Ida sama sekali tidak ada.

Arif menilai tren elektabilitas petahana menurun, sementara tren penantang makin meningkat. “Kuncinya sejauh mana akselerasi elektabilitas Sudirman-Ida bisa didongkrak sejalan dengan kian dekatnya waktu pencoblosan. Jika terjadi akselerasi elektabilitas massif, maka potensi mengalahkan Ganjar masih terbuka,” katanya, Selasa (22/5/2018).

Pilkada Jateng Dinilai Representasi Pertarungan Politik Nasional


Rabu, 23 Mei 2018 - 11:51 WIB


views: 3.487
Pasangan calon gubernur-wakil gubernur Jateng nomor urut 1 Ganjar Pranowo-Taj Yasin Maimoen dan nomor urut 2 Sudirman Said-Ida Fauziyah tampil dalam acara Kandidat Berbicara di Hotel Gumaya, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (15/3/2018). Foto dok. SINDOnews.co 


YOGYAKARTA- - Pilkada Jawa Tengah (Jateng) yang hanya diikuti dua pasangan calon benar-benar ajang pertarungan politik besar menjelang pemilu legislatif dan pemilihan presiden. Tidak bisa dipungkiri, mumculnya dua pasangan calon merupakan representasi pertarungan politik nasional.

“Pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin yang didukung PDI-P, Golkar, Nasdem, PPP, Hanura, dan Demokrat tak bisa dinafikkan merupakan calon yang digadang-gadang kubu Presiden Jokowi. Sementara pasangan Sudirman Said-Ida Fauziah yang diusung oleh Partai Gerindra, PKB, PKS dan PAN merupakan paslon yang diharapkan menang oleh kelompok Prabowo,”  ujar analis politik POINT Indonesia Arif Nurul Imam, Rabu (23/5/2018).

Dijelaskannya, Pilkada Jateng memiliki nuansa berbeda. Meskipun terlihat landai dan terkesan adem ayem, namun terjadi perang head to head sehingga tensi politiknya tak kalah panas dengan laga pilkada di tempat lain. Apalagi, lanjut dia, Jateng merupakan pemasok lumbung suara terbesar ketiga secara nasional setelah Jawa Barat, dan Jawa Timur. "Memang di akar rumput nampak kondusif, tetapi di level elit nasional akan menjadi pertaruhan karena besarnya jumlah pemilih,” tuturnya.

Thursday, May 24, 2018

Romantisme Orde Baru Selewat Dua Dekade Reformasi

ARIF NURUL IMAM Kompas.com - 22/05/2018, 19:12 WIB 

Analis Politik POINT Indonesia dan Direktur Program Sosmed Society. Selain itu, aktif di Sanggar MAOS TRADISI, dan Wasekjen Pergerakan Indonesia.










Logo 20 tahun reformasi(Dok KOMPAS)

Pada bulan Mei ini terjadi berbagai kegiatan untuk merayakan dua dekade tumbangnya Orde Baru. Berbagai eksponen menggelar aneka rupa perhelatan seperti seminar, diskusi, pameran foto atau kegiatan lainnya untuk mengenang peristiwa politik yang bersejarah  bagi perjalanan republik ini, dimana kita memasuki babak politik baru, yaitu era reformasi

Reformasi sebagai koreksi terhadap rezim Orde Baru telah melahirkan berbagai capain positif. Sebut saja, kebebasan pers, kebebasan berserikat, otonomi daerah dan liberalisasi politik. Tak heran jika kita dinobatkan sebagai Negara demokrasi terbesar ketiga di dunia. Namun demikian, harus diakui pula reformasi juga masih memiliki beban sejarah, dimana masih banyak agenda yang belum terealisasikan, untuk tidak mengatakan terlupakan.

Persolaan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme(KKN), kesenjangan serta kepincangan social, kemiskinan dan tumpukan persoalan lain masih menjadi pekerjaan rumah hingga dua dekade reformasi .

Di wilayah politik misalnya, berbagai persoalan, seolah menjadi penyakit kronis yang sulit memeroleh resep mujarab. Persoalan buruknya pengelolaan parpol, maraknya money politik, mewabahnya dinasti politik dan permasalahan lain adalah potret buram wajah politik dewasa ini.