Wednesday, August 26, 2015

Pengkultus dan Pendukung Rasional Jokowi


Jokowi, presiden RI ke-7 yang terpilih secara demokratis memang tidak semua pendukungnya bercorak rasional, melainkan kombinasi antara pendukung rasional dan pengkultus. Kombinasi inilah yang mampu menghantarkan di kursi Presiden, sebab antara suara “preman pasar” dan suara profesor dalam penghitungan memiliki bobot sama satu suara.

Jika menyimak sebelum dan sesudah terpilih sebagai presiden, sebagian pendukung Jokowi terbilang fanatik sehingga apapun langkah Jokowi dianggap sebuah kebenaran dan yang berseberangan dianggap salah besar. Gejala ini mirip pengkultusan terhadap sosok Jokowi layaknya manusia setengah dewa yang tak memiliki cela dan kekurangan. Padahal, selagi masih manusia, pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Maklum, sebagian besar pendukung Jokowi adalah masyarakat kelas bawah sebagaimana dirilis oleh berbagai lembaga survey.

Ironisnya, ini juga melanda para pendukung yang berlatar intelektual, seperti pengamat, aktivis, dan atau jurnalis. Bahkan mereka kerap menjustifikasi dengan mencari-cari alasan "pembenaran" dari setiap langkah Jokowi, yang salah. Atau entah, apa mereka memang merupakan “spinc doctor” yang bertugas demikian untuk menggiring opini publik. Entahlah....

Namun demikian, tidak semua pendukung adalah pengkultus. Meski sedikit, ada pula pemilih, termasuk pendukung rasional yang selalu mengatakan salah jika Jokowi salah dalam bertindak. Pendukung rasional dicirikan antara lain, akan mendukung kebijakan pemerintah yang baik, sekaligus mengkritik kebijakan yang salah.

Padahal demokrasi yang berkualitas sangat membutuhkan pendukung rasional, bukan pengkultus yang akan berkata "asal bapak senang". Kalau saya pribadi, kadang mendukung langkah presiden, namun jujur saya lebih kerap memberi kritik jika menurut saya salah. Setidaknya ini bisa dilihat distatus-status facebook saya...hehehe

0 komentar:

Post a Comment