Ini adalah Blog Arif Nurul Imam

"Orang Boleh Pandai Setinggi Langit Tapi Selama ia Tidak Menulis Ia akan hilang didalam Masyarakat dan Sejarah. Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".

Ini adalah Blog Arif Nurul Imam

"Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".

Ini adalah Blog Arif Nurul Imam

"Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".

Ini adalah Blog Arif Nurul Imam

"Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".

Ini adalah Blog Arif Nurul Imam

"Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian".

Friday, December 28, 2018

Lima Pendiri PAN Soal Amien Rais Sudah Tak Punya Otoritas


Lima Pendiri PAN Soal Amien Rais Sudah Tak Punya Otoritas
Kamis, 27 Desember 2018 - 11:38 WIB

views: 11.598
Permintaan lima pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) yang meminta Amien Rais mundur dari partai berlambang matahari terbit itu dinilai hanya imbauan. Foto/SINDOnews/Dok 

JAKARTA - Permintaan lima pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) agar Amien Rais mundur dari partai berlambang matahari terbit itu dinilai hanya imbauan.

Pasalnya, Abdillah Toha, Albert Hasibuan, Goenawan Mohammad, Toeti Heraty dan Zumrotin tidak memiliki otoritas untuk memberhentikan Amien Rais.

"Permintaan lima pendiri PAN agar Amin Rais mundur itu hanya imbauan secara moral karena sesama pendiri partai, tapi mereka tak memiliki otoritas untuk memberhentikan Amin Rais," kata Pengamat Politik IndoStrategi Arif Nurul Imam kepada SINDOnews, Kamis (27/12/2018).
Dia berpendapat, permintaan mundur kelima orang tersebut sesungguhnya lumrah saja karena mereka berseberangan dalam Pilpres dengan Amin Rais. Artinya, kata dia, permintaan tersebut bisa dibaca pertarungan mempengaruhi arah kemudi dukungan PAN dalam Pilpres. 
"Namun karena kelima pendiri tersebut sudah tidak berada di struktur partai maka permintaan mundur ke Amin Rais merupakan pilihan politik paling mentok," ucapnya.

Dia melanjutkan, secara otoritas permintaan kelima pendiri PAN tersebut sejatinya tidak ada, apalagi sudah mengundurkan diri.

"Sebagai ikhtiar politik tentu sah-sah saja, meski secara otoritas sebetulnya sudah tidak memiliki wewenang untuk memberhentikan siapa pun kader di PAN, termasuk Amin Rais. Karena di setiap parpol pasti ada mekanisme pemberhentian kader partai," pungkasnya.


Tuesday, December 25, 2018

Pernyataan SBY Tak Perlu Ditanggapi Berlebihan


Politik


Pernyataan SBY Tak Perlu Ditanggapi Berlebihan


SENIN, 24 DESEMBER 2018 | 08:53 WIB | LAPORAN: SUKARDJITO    

RMOL. Pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono tentang dirinya tak ingin diganggu, seyogianya tidak perlu ditanggapi berlebihan, sebab bukan pernyataan yang tendensius, tetapi hanya mengingatkan pemilu yang jujur dan adil. 

Demikian disampaikan analis politik IndoStrategi Arif Nurul Imam, sesaat lalu (Senin, 24/12).  

“Sebaiknya partai pendukung pemerintah menganggap pernyataan tersebut wajar saja, hanya sekadar mengingatkan. Sebab pernyataaan SBY bisa dibaca sebagai warning politik agar Pemilu bisa berjalan jujur dan adil,” kata Arif.

Presiden ke-6 RI usai bertemu calon presiden Prabowo mengeluarkan pernyataan  “Jangan Ganggu Kami”. Hal itu menuai polemik. Sampai politisi PDIP, Aria Bima menganggap SBY memiliki gejala post power syndrome.

“Ini hanya bahasa komunikasi politik biasa saja, tidak tendensius,” tambah Arif.

Menurut Arif, ada sebagian masyarakat termasuk parpol peserta Pemilu merasa khawatir dengan pelaksanaaan akan terjadi kecurangan. Meski demikian, lanjut dia, sepanjang penyelenggara Pemilu bisa independen dan profesional maka Pemilu akan berjalan jujur adil, dan transparan.

“Masyarakat perlu juga terlibat untuk ikut mengawasi pelaksanaan Pemilu agar berjalan adil,” demikian Arif. [jto]


Sunday, December 16, 2018

Markas Prabowo-Sandi Pindah ke Jateng, Relawan Jokowi Makin Kreatif


FARID ASSIFA, KONTRIBUTOR SEMARANG, NAZAR NURDIN
 Kompas.com - 15/12/2018, 15:17 WIB


 Puluhan pengusaha muda yang tergabung dalam Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas) Jawa Tengah mendeklarasikan mendukung pasangan Joko Widodo dan Maruf Amin di Pilpres 2019 di Semarang, Jumat (14/12/2018)(KOMPAS.com/NAZAR NURDIN) SEMARANG

 KOMPAS.com - Relawan Pengusaha Muda Nasional ( Repnas) untuk Jokowi-Ma'ruf antusias soal rencana pemindahan markas pemenangan pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno ke Jawa Tengah. Pemindahan itu justru membuat kalangan relawan semakin kreatif dalam bekerja.

Ketua dewan pengurus Repnas Jateng, Wijaya Dahlan, mengatakan, sebagai pengusaha muda, pihaknya justru tertantang jika ada pesaing baru di wilayahnya. Dengan begitu, kerja pengusaha akan lebih kompetitif karena ada pesaing.

"Kita pengusaha tanpa ada saingan di kota itu pasti tidak berkembang, tidak punya kreativitas. Tapi kalau ada pesaing, justru bisa kreatif dan membuat tidak lengah," kata Wijaya, Sabtu (15/12/2018).

Kedatangan penantang di basis pemenenangan pasangan nomor 01 dianggap menguntungkan. Dengan begitu, para relawan akan termotivasi untuk bekerja lebih kreatif.
"Kita rapatkan barisan, siapkan kegiatan untuk menyuarakan Jokowi. Dan, kami tentu dipaksa berpikir lebih kreatif," tambahnya.

Terkait rencana pemindahan itu, pihaknya menyambut antusias. Sebab, itu bisa membuat relawan semakin solid. "Kompetisi dalam berpolitik hal wajar," tambahnya. Repnas Jawa Tengah sendiri dideklarasikan pada Jumat (14/12/2018) untuk mendukung pasangan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin di Pilpres 2019.

Repnas Jateng bahkan mendirikan posko pemenangan di Jalan Indraprasta, Semarang. Repnas akan ikut berkampanye di daerah untuk pemenangan pasangan calon nomor 01 khusus segmen pemuda dan millenial.

Jangan pandang remeh

 Sementara itu, analis politik Indostrategi, Arif Nurul Iman mengatakan, timses Jokowi-Ma'ruf jangan meremehkan rencana pemindahan posko pemenangan Prabowo-Sandi ke Jawa Tengah.

 Dia menilai, rencana itu merupakan langkah politik untuk menggenjot suara di daerah lumbung suara Jokowi yang merupakan basis PDI-P.

“Rencana pindahnya Posko Prabowo-Sandi ke Jawa Tengah tentu tak bisa dipandang remeh, sebab dengan pindahnya posko berarti serangan darat di daerah tersebut akan makin masif, dan potensi membobol lumbung suara Jokowi,” ujar Arif kepada Kompas.com, Rabu (12/12/21018).

Arif menyebutkan, pada Pilpres 2014 lalu, Jokowi menang telak dengan selisih suara sekitar 6 juta. Karena itu, langkah tim Prabowo ini bisa dimengerti sebagai upaya merebut suara dikantong Jokowi.

“Salah satu cara menggenjot elektabilitas memang di antaranya harus sering bertatap muka dengan masyarakat, sehingga pindahnya posko ini juga potensi berdampak terhadap perolehan suara,” katanya.

Dikatakan Arif, Pilkada 2017 kemarin, setidaknya bisa menjadi referensi bahwa selisih perolehan suara kandidat yang di dukung Jokowi juga hanya 3 juta suara. Artinya, jika ini bisa dikelola dengan memanfaatkan jejaring politik dalam Pilkada 2017 tidak mustahil Prabowo akan melonjak dukungan.

“Timses Jokowi saya kira tak bisa meremehkan terobosan politik ini. Jangan merasa Jateng sudah basis sehingga tidak memberikan respons terhadap strategi Prabowo tersebut,” tandasnya.


Artikel ini telah tayang di 
Kompas.com dengan judul "Markas Prabowo-Sandi Pindah ke Jateng, Relawan Jokowi Makin Kreatif", 

Editor : Farid Assifa

Thursday, December 13, 2018

Pindah Markas ke Jateng, Upaya Prabowo-Sandi Bobol Lumbung Jokowi


Rabu 12 Desember 2018 17:41 WIB


JAKARTA - Rencana posko pemenangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pindah ke Jawa Tengah (Jateng) merupakan langkah politik untuk menggenjot suara di daerah lumbung suara Joko Widodo (Jokowi). Selama ini, Jateng merupakan basis PDIP sekaligus lumbung suara Jokowi.

“Rencana pindahnya Posko Prabowo-Sandi ke Jawa Tengah tentu tak bisa dipandang remeh. Sebab, dengan pindahnya posko berarti serangan darat di daerah tersebut akan makin masif, dan potensi membobol lumbung suara Jokowi,” ujar Analis Politik Indostrategi Arif Nurul Imam, Rabu (12/12/2018).
Menurut Arif, pada Pilpres 2014, Jokowi menang telak dengan selisih suara sekira 6 juta. Karena itu, langkah tim Prabowo bisa dimengerti sebagai upaya merebut suara di kantong Jokowi.
“Salah satu cara menggenjot elektabilitas memang di antaranya harus sering bertatap muka dengan masyarakat. Sehingga pindahnya posko ini juga potensi berdampak terhadap perolehan suara,” katanya.
Dikatakan Arif, Pilkada 2017 lalu, setidaknya bisa menjadi referensi selisih perolehan suara kandidat yang di dukung Jokowi juga hanya selisih 3 juta suara. Artinya, jika ini bisa dikelola dengan memanfaatkan jejaring politik dalam Pilkada 2017 tidak mustahil Prabowo akan melonjak dukungan.
“Timses Jokowi saya kira tak bisa meremehkan terobosan politik ini. Jangan merasa Jateng sudah basis sehingga tidak memberikan respon terhadap strategi Prabowo tersebut,” pungkasnya.
(Ari)